Historia

Misi Licik Alves dos Reis: Mencetak Kekayaan, Menghancurkan Portugal

Alves dos Reis sekitar tahun 1925. | Wikimedia Commons.

LISBON | Priangan.com – Sepanjang sejarah, upaya pemalsuan telah menjadi ancaman serius terhadap stabilitas ekonomi dan kepercayaan publik. Salah satu bentuk pemalsuan yang paling merusak adalah pemalsuan mata uang.

Uang palsu tidak hanya melemahkan nilai mata uang suatu negara, tetapi juga berkontribusi terhadap inflasi. Selain itu, pemalsuan mata uang menurunkan daya beli masyarakat serta merusak kredibilitas lembaga keuangan dalam ekonomi global.

Salah satu kasus pemalsuan paling terkenal pada abad ke-20 melibatkan seorang penjahat asal Portugal, Alves dos Reis. Berbeda dari pemalsu lainnya, Reis tidak mencetak uang palsu sendiri. Ia berhasil menipu percetakan uang resmi Inggris, Waterlow and Sons Limited, untuk mencetak uang dalam jumlah besar tanpa persetujuan pemerintah Portugal.

Penipuan ini hampir menghancurkan ekonomi Portugal dan mengguncang sistem keuangan negara tersebut.

Skema brilian Reis dimulai saat ia masih menjalani hukuman penjara karena kasus penggelapan. Di sana, ia meneliti bagaimana Bank Portugal menerbitkan uang kertas dan menemukan beberapa celah dalam sistemnya.

Sejak Portugal meninggalkan standar emas pada tahun 1891, bank tersebut dapat menerbitkan uang tanpa batasan ketat. Selain itu, Reis menyadari bahwa bank terkadang mencetak uang secara rahasia tanpa pencatatan resmi. Bank Portugal juga tidak memiliki mekanisme untuk mencegah penerbitan nomor seri ganda.

Dari sinilah ia menyusun rencana ambisius untuk menginjeksi 300 juta escudo ke dalam ekonomi Portugal tanpa mengganggu stabilitas sistem perbankan.

Setelah bebas dari penjara pada Agustus 1924, Reis merekrut beberapa kaki tangan, termasuk José Bandeira, Karel Marang, dan Adolph Hennies. Mereka memanfaatkan jaringan diplomatik dan bisnis untuk menjalankan rencana tersebut.

Marang dikirim ke London untuk menemui Sir William Waterlow, direktur Waterlow and Sons Limited. Dengan dokumen palsu yang dibuat Reis, Marang berpura-pura sebagai agen resmi Bank Portugal. Ia mengaku bertugas memfasilitasi pencetakan uang untuk proyek pembangunan di Angola.

Tonton Juga :  Kisah Tan Malaka; 'Bapak Republik Indonesia' Yang Terlupakan

Sir Waterlow, tanpa melakukan verifikasi mendalam, menerima dokumen tersebut dan menyetujui pencetakan uang kertas senilai 100 juta escudo.

Pada awal 1925, uang kertas pecahan 500 escudo bergambar Vasco da Gama mulai dicetak dan didistribusikan. Reis dan komplotannya menggunakannya untuk membuka rekening di berbagai bank pedesaan. Mereka kemudian menarik uang kertas asli dari bank-bank besar.

Dengan aliran uang ini, mereka berinvestasi besar-besaran dalam bisnis, real estat, dan properti mewah. Hal ini menciptakan ilusi pertumbuhan ekonomi di Portugal. Bahkan, Reis mendirikan Bank of Angola and Metropole untuk mempermudah pencucian uang dan memperkuat pengaruhnya dalam sistem keuangan.

Ambisi Reis semakin besar. Ia berusaha menguasai Bank Portugal dengan membeli sahamnya. Pada akhir 1925, ia telah memperoleh 10.000 dari 45.000 saham yang dibutuhkan untuk mengambil alih bank tersebut.

Namun, kesuksesan luar biasa Bank of Angola and Metropole mulai menarik perhatian media. Surat kabar O Sêculo mempertanyakan sumber kekayaan Reis dan mekanisme bisnis bank barunya.

Isu ini berkembang menjadi skandal besar. Bahkan muncul spekulasi bahwa Jerman sedang berusaha mengambil alih Angola melalui agen Reis.

Puncaknya terjadi pada 4 Desember 1925. Seorang teller bank di Porto mencurigai uang kertas Vasco da Gama yang diterimanya. Setelah penyelidikan intensif, Bank Portugal menemukan bahwa uang tersebut memiliki nomor seri duplikat.

Skandal ini pun terbongkar, dan Reis bersama komplotannya ditangkap.

Pengadilan menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara bagi Reis. Namun, ia akhirnya dibebaskan setelah menjalani 15 tahun. Ia meninggal pada tahun 1955 akibat serangan jantung.

Sementara itu, Bandeira dihukum 15 tahun penjara. Setelah bebas, ia bekerja di bisnis hiburan malam. Marang menjalani 11 bulan penjara di Belanda tetapi kemudian membangun bisnis di Prancis dan menjadi produsen yang sukses.

Tonton Juga :  Nakba 1948, Lintasan Sejarah yang Mengubah Takdir Palestina Selamanya

Hennies melarikan diri ke Jerman, kehilangan sebagian besar kekayaannya, dan meninggal dalam kemiskinan pada 1936.

Dampak dari penipuan ini sangat besar bagi ekonomi dan politik Portugal. Mata uang Portugal terdepresiasi, dan kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan anjlok.

Beberapa pihak bahkan percaya bahwa krisis ini turut berkontribusi pada kudeta militer tahun 1926 yang membawa Portugal ke dalam era Kediktatoran Nasional.

Bank Portugal akhirnya menarik semua uang kertas pecahan 500 escudo dari peredaran. Namun, beberapa tetap bertahan di tangan kolektor dan kini menjadi barang berharga dalam lelang internasional.

Selain itu, Bank Portugal menggugat Waterlow and Sons atas kelalaian mereka dalam transaksi ini. Pengadilan Inggris memutuskan bahwa Waterlow bersalah dan harus membayar ganti rugi lebih dari £600.000.

Perusahaan percetakan tersebut tidak pernah pulih dari pukulan finansial ini dan akhirnya diakuisisi oleh percetakan lain pada 1961.

Kasus Alves dos Reis menjadi salah satu skema pemalsuan mata uang paling spektakuler dalam sejarah. Peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem keuangan jika tidak memiliki pengawasan yang ketat.

Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi negara-negara di seluruh dunia tentang bahaya pemalsuan dan pentingnya kehati-hatian dalam pengelolaan keuangan nasional. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: