BRUSSEL | Priangan.com – Harapan Inggris untuk meringankan beban eskportirnya pasca Brexit kembali terpukul. Pada 2 Juli 2025, Financial Times (FT) melaporkan bahwa Uni Eropa secara resmi menolak permintaan London untuk bergabung dalam konvensi Pan-Euro-Mediterania (PEM).
Konvensi PEM merupakan kerjasama multilateral yang bertujuan penyelarasan aturan asal harang dalam memfasilitasi Perdagangan bebas antara UE dengan 20 negara mitra di Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Adanya PEM dapat menurunkan tarif selama produk memenuhi ketentuan.
Pasca Brexit, Inggris kehilangan berbagai akses dalam Perdagangan, yang menyebabkan Perdagangan Inggris dihadapi berbagai tarif dan birokrasi yang rumit. Oleh karena itu, Pemerintah Inggris menyatakan ketertarikannya untuk bergabung dengan PEM, yang menjadi alternatif praktis dalam Perdagangan.
Namun, Pernyataan Inggris untuk bergabung dengan PEM ditolak oleh pejabat Brussel. Penolakan tersebut disebabkan kekhawatiran atas adanya ketidakadilan yang disebabkan oleh Inggris dalam mencapai keuntungan. “UE perlu menyetujui untuk memasukkan aturan asal barang PEM ke dalam Perjanjian Perdagangan dan Kerjasama UE-Inggris. ” ungkap Sam Lowe kepada FT.
Sebelumnya, UE pernah menunjukan sinyal terbuka atas usulan Inggris untuk bergabung dengan PEM. Namun, seiring dengan berjalannya waktu posisi tersebut berubah karena adanya kekhawatiran strategis dan politik.
Keputusan UE tersebut menimbulkan retaknya hubungan UE-Inggris pasca Brexit, setelah sebelumnya hubungan tersebut berusaha diperbaiki melalui pertemuan puncak UE-Inggris pada bullan Mei lalu yang menghasilkan perjanjaian keja sama energi dan kesepakatan veteriner. (zia)