Historia

Perang Tersingkat dalam Sejarah: 38 Menit yang Mengguncang Zanzibar

Marinir Inggris berpose dengan senjata Zanzibar yang disita di reruntuhan tepi laut Zanzibar | Wikimedia Commons.

ZANZIBAR | Priangan.com – Perang umumnya dikenal sebagai tragedi berkepanjangan dengan dampak yang kompleks. Namun, bagaimana jika perang terjadi hanya dalam hitungan menit? Terdengar mustahil, tapi faktanya, ada perang yang berlangsung hanya sekitar 38 hingga 45 menit. Inilah Perang Anglo-Zanzibar yang pecah pada 27 Agustus 1896. Meskipun menjadi perang tersingkat dalam sejarah, dampaknya terbukti cukup signifikan.

Perang ini bermula dari kematian Sultan Zanzibar, Hamad bin Thuwaini, pada 25 Agustus 1896. Setelah kematiannya, keponakannya, Sayyid Khalid bin Barghash Al-Busaid, segera merebut kekuasaan dengan paksa. Ia menjadi sultan selama sekitar 42 jam, namun langkah ini tidak diterima oleh Inggris yang memiliki pengaruh kuat di Zanzibar.

Inggris lebih mendukung Hamud bin Mohammed, tokoh yang dianggap patuh terhadap kebijakan mereka. Selain itu, Inggris juga menentang Khalid karena ia menolak penghapusan perbudakan, yang telah lama menjadi agenda Inggris di wilayah tersebut. Desas-desus bahkan menyebutkan bahwa Sultan Hamad mungkin diracuni, dan Khalid dicurigai terlibat.

Basil Cave, kepala diplomat Inggris di Zanzibar, memberikan ultimatum pada pagi hari tanggal 26 Agustus 1896. Khalid diperintahkan untuk turun dari takhta dan meninggalkan istana. Namun, Khalid menolak dan memilih bertahan dengan pasukan yang terdiri dari sekitar 1.000 orang serta artileri seadanya.
Malam harinya, Cave meminta izin kepada Kantor Luar Negeri Inggris untuk melakukan serangan jika negosiasi gagal. Mendapat persetujuan, Inggris segera menyiapkan armada tempur mereka.

Keesokan paginya, setelah Khalid menegaskan bahwa ia tidak akan menurunkan benderanya, pertempuran pun pecah. Kapal perang Inggris mulai membombardir istana.

Serangan ini begitu intens sehingga dalam waktu kurang dari satu jam, kapal pesiar kerajaan Zanzibar telah tenggelam. Lebih dari 500 tentara dan warga sipil tewas. Di sisi lain, pasukan Inggris hanya mengalami satu korban terluka.

Tonton Juga :  Shrunken Head, Tradisi Menjadikan Kepala Musuh sebagai Aksesoris oleh Suku Jivaroan

Setelah kekalahan itu, Khalid melarikan diri dan mencari perlindungan di konsulat Jerman. Ia akhirnya diasingkan, dan Hamud bin Mohammed diangkat menjadi sultan sesuai kehendak Inggris. Meskipun Jerman tidak menyerahkan Khalid, mereka meyakinkan Inggris bahwa ia tidak akan mengancam lagi.

Meskipun singkat, Perang Anglo-Zanzibar memiliki dampak yang cukup signifikan. Konflik ini mempertegas kekuasaan Inggris di wilayah tersebut. Kesultanan Zanzibar terus eksis di bawah kontrol ketat Inggris hingga tahun 1960-an sebelum akhirnya bergabung dengan Tanzania.

Perang ini bukan hanya sekadar pertempuran singkat, tetapi juga cerminan dari bagaimana politik imperialisme dijalankan dengan dalih moralitas. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: