JOHANNESBURG | Priangan.com – Di tengah pertempuran yang terus berkecamuk di sejumlah provinsi timur Republik Demokratik Kongo, blok regional Afrika Selatan mengumumkan bahwa mereka akan menarik pasukannya secara bertahap dari negara tersebut. Keputusan ini diambil pada 14 Maret 2025 setelah kelompok pemberontak M23 berhasil merebut beberapa kota besar dalam serangan yang semakin intensif sejak awal tahun.
Situasi pertempuran semakin memburuk, mengancam keamanan nasional RD Kongo, serta menghambat pasokan bantuan kemanusiaan. Hal ini disampaikan oleh 16 pemimpin negara anggota Southern African Development Community (SADC) dalam pertemuan virtual pada Kamis.
Setelah pertemuan tersebut, otoritas regional menyatakan bahwa mereka telah “mengakhiri mandat SAMIDRC” dan akan “menarik pasukan secara bertahap.” Sebelumnya, Afrika Selatan, yang memimpin misi ini, telah mengerahkan 2.900 pasukan pada awal tahun lalu sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas di wilayah tersebut.
Namun, meskipun menarik pasukan, SADC tetap berkomitmen untuk mendukung “intervensi yang mewujudkan perdamaian” serta membantu Kongo dalam mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorialnya.
Sementara itu, Angola mengumumkan pada Rabu bahwa mereka akan memulai pembicaraan antara kelompok pemberontak dan pejabat Kinshasa untuk memediasi gencatan senjata yang dijadwalkan pada 18 Maret. Namun, pemerintah Kongo sebelumnya menolak negosiasi dengan pemberontak dan hanya bersedia berdialog dengan Rwanda, yang mereka tuduh sebagai pihak agresor dalam konflik ini.
Pertempuran yang berkepanjangan telah menyebabkan lebih dari 8.500 korban jiwa, menurut laporan resmi. Selain itu, sedikitnya 20 pasukan perdamaian dari SADC serta berbagai pasukan lainnya telah gugur dalam konflik ini.
SADC mengambil alih misi perdamaian di Kongo setelah pasukan dari East African Community (EAC) ditarik pada tahun 2023, menyusul klaim Kinshasa bahwa keberadaan pasukan EAC tidak efektif dalam meredam konflik.
Pertempuran antara kelompok M23 dan berbagai faksi bersenjata lainnya di timur Kongo didorong oleh perebutan kendali atas wilayah yang kaya akan sumber daya mineral seperti emas dan berlian, yang menjadi akar dari konflik berkepanjangan ini. (Zia)