Historia

Kisah Kelam di Balik Hashima, Pulau Hantu yang Pernah jadi Tempat Syuting Film James Bond

Pulau Hashima di Jepang. | Thinsktock

TOKYO | Priangan.com – Ini adalah potret pulau Hashima. Pulau ini sudah lama ditinggalkan para penduduk. Terletak di perairan Prefektur Nagasaki, Hashima  pernah dijadikan tempat syuting berbagai film Hollywood. Namun, di balik ketenarannya sebagai lokasi syuting, Hashima ternyata menyimpan sejarah kelam yang jarang diungkap.

Pulau Hashima sering disebut Gunkanjima karena bentuknya yang menyerupai kapal perang. Pulai ini pernah menjadi pusat industri batu bara bawah laut. Pada akhir abad ke-19, Mitsubishi Mining Company mengambil alih Hashima dan mengubahnya menjadi salah satu pusat produksi batu bara terpenting di Jepang. Pada masa kejayaannya, pulau ini dipadati oleh ribuan pekerja dan keluarganya. Mereka semua tinggal di gedung-gedung apartemen bertingkat tinggi. Namun, kemakmuran itu tidaklah bertahan lama.

Pada tahun 1974, tambang batu bara di Hashima ditutup seiring dengan peralihan Jepang ke sumber energi yang lebih modern, seperti minyak bumi. Penduduk pun meninggalkan pulau ini. Bangunan-bangunan yang terbengkalai, perlahan runtuh dan terabaikan. Sejak itu, Hashima berubah menjadi kota hantu yang sunyi, dengan sisa-sisa kejayaan masa lalu yang kini hanya menjadi puing-puing.

Meski telah ditinggalkan, Hashima tidak sepenuhnya dilupakan. Pada tahun 2015, UNESCO menetapkan pulau ini sebagai bagian dari Situs Warisan Dunia dalam kategori Situs Revolusi Industri Meiji Jepang. Penetapan ini mengakui peran penting Hashima dalam mendorong industrialisasi Jepang, terutama dalam produksi baja dan besi. Namun, status ini juga memicu kontroversi.

Walau demikian Korea Selatan, bersama dengan beberapa negara lain, menuntut agar Jepang mengakui sejarah kelam yang terjadi di Hashima selama Perang Dunia II. Pada masa itu, konon ribuan pekerja paksa dari Korea, China, dan wilayah lainnya dipaksa bekerja di tambang bawah laut dalam kondisi yang sangat buruk. Banyak dari mereka yang menderita bahkan harus kehilangan nyawa akibat kerja keras dan perlakuan yang tidak manusiawi.

Tonton Juga :  Boentaran Martoatmodjo, Menteri Kesehatan Pertama Indonesia

Meskipun pemerintah Jepang berjanji untuk mengungkap sejarah ini secara transparan, laporan dari UNESCO pada tahun 2021 menyatakan bahwa upaya tersebut belum cukup. Informasi yang disajikan di lokasi dinilai lebih banyak menonjolkan aspek industrialisasi, sementara penderitaan para pekerja paksa cenderung diabaikan. Hal ini memicu kritik dari berbagai pihak, termasuk para korban dan keluarga mereka.

Berbagai kontroversi lain pun terus mengikuti. Walau begitu, Hashima kini menjadi destinasi wisata yang populer. Para pengunjung dapat mengunjungi pulau ini melalui perjalanan laut dari Kota Nagasaki. Bangunan-bangunan yang rapuh dan jalanan yang tak terawat jadi daya tarik tersendiri.

Bagi pecinta sejarah dan penggemar misteri, misalnya, Hashima menawarkan pengalaman yang unik. Keindahan alamnya yang kontras dengan reruntuhan bangunan menciptakan pemandangan yang memukau. (Ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: