JAKARTA | Priangan.com – Boentaran Martoatmodjo dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam sejarah lembaga kesehatan di Indonesia. Di awal kemerdekaan, ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan pertama Republik Indonesia dan berperan besar dalam merancang fondasi kesehatan nasional, serta menjadi salah satu pelopor berdirinya Palang Merah Indonesia (PMI).
Inilah sosok Boentaran Martoatmodjo. Mungkin tak banyak orang yang tahu akan sosoknya. Padahal, ia punya peran yang cukup vital di awal masa kemerdekaan. Ia adalah Menteri Kesehatan pertama, sekaligus salah satu pelopor pendiri Palang Merah Indonesia alias PMI.
Lahir di Loano, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1896, Boentaran merupakan anak dari keluarga bangsawan. Lantaran darah kebangsawanannya itu, Boentaran terbiasa dengan hidup serba kecukupan, termasuk dalam urusan pendidikan.
Di saat kaum pribumi lain tak bisa leluasa memilih sekolah, Boentaran justru sebaliknya. Ia bebas memasuki sekolah manapun yang ada di Hindia Belanda, termasuk sekolah-sekolah elit yang diperuntukan bagi anak-anak keturunan Belanda.
Boentaran yang sejak kecil sudah punya cita-cita menjadi seorang dokter, mendorongnya untuk menekuni studi kedokteran di STOVIA di Batavia, yang saat itu menjadi satu-satunya institusi yang melatih dokter-dokter pribumi.
Lulus pada tahun 1918 di usia 22 tahun, Boentaran langsung bekerja sebagai dokter di Semarang sebelum dipindahkan ke Banjarmasin. Di sana, ia turut serta dalam upaya memerangi wabah kolera yang melanda Kalimantan.
Pada tahun 1928, ia kemudian menerima beasiswa untuk melanjutkan studinya ke Belanda, tepatnya di Universitas Leiden. Di sana, Boentaran tak hanya dikenal pandai dalam urusan akademik, tetapi juga ia terkenal aktif dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia yang pada saat itu tengah berupaya untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah air.
Setelah lulus dan kembali ke Indonesia pada tahun 1931, Boentaran tak hanya melanjutkan kiprahnya di bidang kesehatan, ia juga tercatat mulai aktif berpolitik. Ketika Jepang menancapkan taring penjajahannya di Indonesia, Boentaran kemudian menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia berkontribusi dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam perumusan itu, Boentaran menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat Indonesia yang harus dijamin oleh negara. Buktinya, ia bersama Soepomo mengganti sebuah kalimat yang mulanya menunjukkan fakir miskin dipelihara oleh negara menjadi kesehatan rakyat seluruhnya dipelihara oleh negara.
Pasca proklamasi kemerdekaan, Boentaran kemudian diangkat sebagai Menteri Kesehatan dalam kabinet pertama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Masa jabatannya tak lama. Ia hanya menjabat sejak 19 Agustus hingga 14 November 1945.
Meski menjabat dalam waktu yang sebentar, tak bisa dipungkiri ada satu capaian terbesar yang dilakukan olehnya. Yaitu mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI). Bersama tokoh-tokoh lain, seperti dr. Bahder Djohan dan R. Mochtar, Boentaran membentuk organisasi kemanusiaan ini.
PMI pun kemudian diresmikan pada tanggal pada 17 September 1945. Organisasi itu didirikan untuk menangani berbagai kebutuhan medis dan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan pada masa awal kemerdekaan. (ersuwa)