Syekh Abdul Muhyi merupakan ulama penyangga Sukapura. Beliau adalah putra keluarga bangsawan. Ayahnya, Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Padjadjaran). Setelah mengembara ke banyak tempat, Syekh Abdul Muhyi bermukim di dalam gua yang sekarang dikenal sebagai Gua Safarwadi, Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Di masanya, perkembangan Islam berlangsung sangat pesat. Pamijahan menjadi kabuyutan yang menebarkan spiritualitas Islami bagi pemerintahan Sukapura. Ada beberapa hal yang membuatnya berhasil menyebarkan dakwah di wilayah Priangan.
Pertama, memiliki jaringan luas meliputi Cirebon-Aceh-Makasar-Solo-Jawa Timur-Trengganu yang membuat namanya menjadi harum. Kedua, Syekh Abdul Muhyi adalah ulama sineger tengah (moderat) yang independen terhadap kekuasaan.
Ketiga, Syekh Abdul Muhyi adalah ulama yang akomodatif dengan budaya lokal. Sejauh ini belum muncul riwayat adanya perlawanan dari masyarakat sekitar desa Karang atas dakwahnya. Keempat, beliau ulama patriotik antipenjajahan Belanda.
Hubungan umara (Wiradadaha III) dengan ulama (Syekh Abdul Muhyi) terjalin saling menghargai ilmu dan peran masing-masing. Syekh Abdul Muhyi tidak pernah mengintervensi pengaturan kenegaraan, sebaliknya Dalem Sawidak tidak pernah mengintervensi urusan agama.
Sebagai pernghormatan, Dalem Sawidak menempatkan seorang puteranya, Subamanggala, untuk belajar di Pamijahan. Subamanggala kemudian menggantikan ayahnya sebagai bupati dengan gelar Wiradadaha IV atau Dalem Pamijahan (1723-1745).