CIAMIS | Priangan.com – Ciamis berhasil mencatatkan prestasi dalam upaya pencegahan penyakit menular melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis memastikan tidak ada kasus campak yang ditemukan, setelah program imunisasi rutin menyasar anak usia 7 hingga 15 tahun.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Ciamis, Edis Herdis, mengatakan capaian tersebut menjadi bukti bahwa imunisasi masih menjadi langkah efektif dalam menjaga kesehatan anak.
“Untuk Kabupaten Ciamis, kasus anak terkena campak terbilang bagus sehingga zero kasus. Itu berkat imunisasi yang diberikan terhadap anak, terutama yang baru masuk sekolah dasar maupun madrasah,” ujarnya, Rabu (10/9/2025).
Ia menjelaskan, pelaksanaan imunisasi tidak berhenti pada anak kelas satu. Pada bulan Agustus dan November 2025, program lanjutan kembali digelar dengan vaksinasi Campak Rubella (MR) serta Difteri Tetanus (DT) untuk memperkuat kekebalan tubuh.
“Imunisasi bagi anak sekolah penting untuk memberikan perlindungan dari penyakit menular yang bisa berdampak serius pada tumbuh kembang, bahkan prestasi belajar mereka,” kata Edis.
Menurutnya, ada sejumlah penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi BIAS, antara lain campak rubella, difteri tetanus, hingga kanker mulut rahim. Sasaran penerima mulai dari anak kelas satu SD atau MI sederajat, termasuk usia tujuh tahun yang tidak bersekolah, dengan pemberian vaksin MR dan DT.
Sementara itu, anak kelas dua mendapatkan imunisasi DT, sedangkan anak kelas lima berusia 11 tahun diberi vaksin HPV khusus perempuan, ditambah imunisasi Tetanus Difteri (TD). Satu dosis tambahan HPV juga diberikan bagi anak yang belum mendapatkannya saat duduk di kelas tiga atau sembilan.
Adapun jadwal pelaksanaan BIAS dibagi menjadi dua periode. Bulan Agustus untuk imunisasi MR di kelas satu serta HPV di kelas lima, enam, dan sembilan. Sedangkan bulan November, anak kelas satu mendapatkan imunisasi DT, lalu kelas dua dan lima mendapat vaksin TD.
“Pelaksanaan dilakukan langsung di sekolah, madrasah, maupun pesantren sesuai jadwal. Untuk anak yang tidak sekolah, bisa mengikuti di Puskesmas, Posyandu, atau fasilitas kesehatan terdekat,” jelasnya. (Eri)