Historia

Sukitman, Saksi Kunci Tragedi G30SPKI yang Terlupakan

Sosok Sukitman, seorang polisi yang menjadi kunci pengungkapan peristiwa G30SPKI | Net

JAKARTA | Priangan.com – Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang lebih dikenal dengan sebutan G30SPKI tak hanya menorehkan luka dalam sejarah bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi catatan kelam yang tak akan pernah terlupa.

Dari sebagian besar kisah yang diceritakan, bagian inti yang ditonjolkan selalu tentang pembunuhan para jenderal yang jasadnya dimasukan ke dalam lubang. Padahal, di balik itu semua, ada satu tokoh yang punya peran sangat penting. Tanpanya, mungkin saja peristiwa keji itu tak akan terungkap dengan mudah.

Adalah Sukitman, seorang polisi muda yang mulanya tak tahu menahu bahkan sama sekali tak punya kepentingan dalam peristiwa itu. Meski begitu, ia justru terpaksa terlibat lantaran unsur ketidaksengajaan, bahkan menjadi sangat penting karena merupakan kunci dari pengungkapan peristiwa ini.

Lahir di Desa Cimanggu, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, Sukitman adalah seorang pria sederhana yang tak punya banyak harta. Latar belakang ini juga yang membawanya merantau hingga lulus seleksi Sekolah Polisi di Kramat Jati pada tahun 1961 silam.

Pada malam kejadian, Sukitman sedang bertugas melakukan patroli di kawasan Blok M. Kala itu ia mendengar suara tembakan dari kejauhan. Lantaran dipenuhi rasa penasaran, ia pun segera menuju arah suara tersebut menggunakan sepeda kumbangnya. Namun, nahas, keberanian itu justru membawanya ke dalam situasi yang berbahaya. Dalam perjalanan menuju kediaman Brigjen DI Panjaitan, ia diadang oleh kelompok yang tak dikenal lalu diculik bersama sang jenderal.

Mereka dibawa ke Kawasan Lubang Buaya, saksi bisu pembunuhan para pemimpin TNI. Dengan tangan terikat dan mata tertutup, ia menyaksikan rangkaian kekejaman yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Nyawanya sempat terancam akan dihabisi di tempat yang sama, namun beruntung, seorang anggota Cakrabirawa bernama Ishak Bahar berhasil menyelamatkannya dari eksekusi mati.

Tonton Juga :  Tari Jaipong, Evolusi dan Pengaruh Seni Tradisional Jawa Barat Sejak Era 1970-an

Ia pun kemudian dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Di sana, Sukitman diperiksa intelijen Cakrabirawa dan menceritakan kejadian yang disaksikannya pada malam tragis tersebut. Pengakuannya inilah yang menjadi kunci sekaligus pemandu bagi pihak militer untuk menyingkap lokasi jenazah para jenderal yang sebelumnya dibuang ke dalam sumur di Lubang Buaya.

Meski awalnya ia bukanlah siapa-siapa, bahkan tak banyak orang yang mengenalinya, tapi takdir membawanya untuk menjadi kunci dari peristiwa nahas itu. Setelah pengungkapan G30SPKI, karier Sukitman di kepolisian pun terus berlanjut. Pada tahun 1980, ia didapuk dengan pangkat Sersan Mayor dan bertugas di Brigade Motor atau Den Patwal. (wrd)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: