TASIKMALAYA | Priangan.com – Stunting merupakan kondisi dimana tinggi tubuh anak berada di bawah rata-rata. Di Kabupaten Tasikmalaya sendiri, stunting masih banyak terjadi. Berdasarkan data yang ada, prevalensinya masih di angka 20,7 persen, atau berada di atas rata-rata angka nasional yang hanya berada di 14 persen saja.
Salah seorang Nutrisionis Ahli Madya, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Otong Kusmana, mengakui hal itu. Menurutnya, stunting masih jadi PR yang mesti diselesaikan oleh pemerintah. Kendati demikian, Otong menyebut selama ini pihaknya tidak pernah tinggal diam. Pemerintah terus berupaya keras untuk menurunkan angka stunting di daerah.
“Kita terus berupaya untuk menekan angka stunting. Alhamdulillah, trennya terus menurun. 2022 kita berada di angka 27,2 persen, kemarin di 2023 sudah turun 6,5 poin jadi di angka 20,7 persen,” kata dia.
Menurutnya, kebanayakan kasus stunting yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya menyasar para anak-anak yang berusia 2,5 tahun ke atas. Melihat kondisi ini, menandakan bahwa kekurangan asupan nutrisi terjadi pada saat pasca kehamilan, bukan pada saat masa kehamilan.
Untuk itu, pihaknya selama ini merumuskan langkah-langkah yang sesuai dengan permasalahan tersebut, diantaranya adalah memberikan makanan tambahan (PMT), memperbaiki sanitasi, serta menyosialisasikan pola asuh yang sehat kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi.
“Delapan puluh persen itu kejadiannya di atas 2,5 tahun. Jadi kita lakukan tindakan-tindakan yang sesuai. Dalam hal sanitasi, kita kerjasama dengan OPD lain, dalam hal ini DPUTRLH untuk membuat Jamban Sehat dan pengadaan air bersih untuk masyarakat. Insyallah, ke depan kita terus lakukan yang terbaik dengan target tidak ada lagi kasus stunting baru di daerah,” tutupnya. (wrd)