Historia

Sejarah Hagia Sophia, Mosaik Keberagaman Agama dan Arsitektur Melintasi Abad

Ilustrasi Interior Hagia Sophia yang menakjubkan, dihiasi dengan mosaik bersejarah yang menggambarkan figur-figur religius, menunjukkan pengaruh kuat dari seni Bizantium dan Islam. | Biblioteka Nasional Prancis

TURKI | Priangan.com – Hagia Sophia, yang terletak di Istanbul, Turki, merupakan salah satu bangunan bersejarah paling ikonik di dunia. Dikenal sebagai sebuah mahakarya arsitektur, Hagia Sophia telah melewati berbagai fase sejarah yang mencerminkan perubahan budaya, agama, dan kekuasaan di wilayah tersebut.

Hagia Sophia dibangun pada tahun 537 M atas perintah Kaisar Bizantium Justinian I. Awalnya, bangunan ini berfungsi sebagai gereja Ortodoks Timur dan menjadi gereja terbesar di dunia selama hampir seribu tahun. Desain arsitekturalnya yang megah mencakup kubah besar yang menjadi inspirasi bagi banyak bangunan selanjutnya, termasuk masjid dan gereja di seluruh dunia.

Kubahnya yang menjulang setinggi 55,6 meter dan memiliki diameter 31 meter, di dukung oleh sejumlah lengkungan dan kolom yang memberikan stabilitas. Interiornya dihiasi dengan mosaik yang indah, banyak di antaranya menggambarkan figur-figur religius yang penting dalam tradisi Kristen.

Setelah jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453, Hagia Sophia diambil alih oleh Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman. Ia memutuskan untuk mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Proses ini melibatkan penutupan beberapa mosaik Kristen dengan plester, yang merupakan praktik umum pada saat itu untuk menciptakan ruang yang sesuai dengan ajaran Islam.

Di bawah kekuasaan Ottoman, Hagia Sophia mengalami sejumlah renovasi, termasuk penambahan mihrab, mimbar, dan menara. Sebagai masjid, Hagia Sophia menjadi pusat kehidupan religius dan budaya di Istanbul, serta menjadi simbol kekuatan dan keberhasilan Ottoman.

Setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman dan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923, Hagia Sophia mengalami perubahan status lagi. Pada tahun 1935, di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk, Hagia Sophia diubah menjadi museum. Langkah ini mencerminkan upaya untuk memisahkan agama dari negara dan menjadikan Hagia Sophia sebagai simbol persatuan dan warisan budaya yang bisa dinikmati oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang agama.

Tonton Juga :  Solon, Sang Peletak Dasar Demokrasi

Sebagai museum, Hagia Sophia dibuka untuk pengunjung dari seluruh dunia dan terus menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Keindahan arsitektur dan sejarahnya yang kaya menjadikannya sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Turki.

Namun, pada tahun 2020, Hagia Sophia kembali menjadi masjid setelah keputusan Mahkamah Agung Turki yang membatalkan status museum. Keputusan ini menuai berbagai reaksi, baik di dalam negeri maupun internasional, terkait dengan isu kebebasan beragama dan warisan budaya. Meskipun sekarang berfungsi sebagai masjid, Hagia Sophia tetap terbuka untuk pengunjung yang ingin melihat keindahan arsitektur dan sejarahnya.

Hagia Sophia adalah lambang perjalanan panjang yang mencerminkan keragaman budaya dan keagamaan di Istanbul. Dari gereja, menjadi masjid, hingga museum, dan kembali menjadi masjid, Hagia Sophia menunjukkan bagaimana sejarah dan arsitektur dapat berdialog dengan identitas dan nilai-nilai masyarakat yang mengelilinginya. Dengan semua perubahan yang telah dilaluinya, Hagia Sophia tetap menjadi salah satu situs warisan dunia yang paling dihormati dan dipuja, menarik perhatian banyak orang dari berbagai belahan dunia. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: