ARGENTINA | Priangan.com – Pada awal 1950-an, seorang pemuda asal Argentina memulai perjalanan yang kelak akan mengubah sejarah. Nama pemuda itu adalah Ernesto Guevara, yang kemudian dikenal dunia sebagai Che Guevara, ikon revolusi, simbol pemberontakan, dan lambang perlawanan terhadap ketidakadilan.
Namun, sebelum ia mengangkat senjata dan mengenakan baret ikonis, Che adalah seorang mahasiswa kedokteran biasa, penuh harapan, dan semangat petualang. Apa yang sebenarnya terjadi dalam petualangan itu sehingga seorang anak muda dengan mimpi menjadi dokter berubah menjadi seorang revolusioner?
Semua dimulai pada tahun 1952. Guevara, bersama sahabatnya, Alberto Granado, memulai perjalanan epik dengan sepeda motor yang mereka juluki La Poderosa (Si Perkasa). Tujuan mereka yaitu menjelajahi Amerika Selatan dan melihat langsung kehidupan masyarakat di seluruh benua. Mereka tak hanya mencari petualangan, tetapi juga memahami dunia yang lebih luas. Apa yang ditemukan Che di perjalanan ini adalah realitas pahit dari ketidakadilan, kemiskinan, dan eksploitasi di setiap tempat yang mereka kunjungi.
Di sepanjang perjalanan, Che berhadapan langsung dengan penderitaan kaum buruh, petani, dan orang-orang yang terpinggirkan. Di tambang tembaga Chuquicamata di Chile, ia menyaksikan para pekerja yang diperas oleh perusahaan-perusahaan multinasional tanpa perlindungan. Di pedalaman Peru, Che dan Granado tinggal di koloni kusta, di mana penderita penyakit ini diasingkan dari masyarakat. Bukan hanya fisik mereka yang rusak, tetapi juga martabat mereka sebagai manusia.
Pengalaman-pengalaman inilah yang mendorong Che mulai berpikir lebih dalam tentang ketidakadilan sistemik yang terjadi di seluruh Amerika Latin. Perjalanan yang awalnya dimulai dengan rasa penasaran, berakhir dengan kesadaran baru: perubahan hanya bisa terjadi melalui aksi radikal. Dalam catatan harian yang ia tulis selama perjalanan, kemudian diterbitkan sebagai The Motorcycle Diaries, Che menuliskan:
“Tempatkan diri Anda di antara yang kelaparan dan penderitaan, dan dengan senjata di tangan, berjuang untuk menghancurkan sistem yang menindas mereka.”
Kata-kata ini menandai transisi penting dalam kehidupannya—dari seorang pengamat yang empati menjadi seorang yang siap bertindak. Che menyadari bahwa revolusi tidak lagi sekadar konsep; itu adalah satu-satunya jalan keluar dari kemiskinan dan ketidakadilan yang menghantui masyarakat di Amerika Latin.
Setelah kembali ke Argentina, Che tidak lagi fokus pada karir medisnya. Pikirannya telah sepenuhnya terbuka. Ia mulai mempelajari politik Marxisme, revolusi, dan imperialisme. Ia juga terlibat dalam pergerakan politik yang lebih radikal. Petualangan yang ia alami menjadi benih dari keyakinannya bahwa perjuangan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk meruntuhkan pemerintahan yang represif dan sistem kapitalis yang menindas.
Tak lama setelah itu, ia bertemu dengan Fidel Castro dan kelompok revolusionernya, yang saat itu merencanakan serangan terhadap kediktatoran Batista di Kuba. Pertemuan ini memperkuat keyakinan Che bahwa nasib Amerika Latin terikat bersama dalam satu perjuangan besar melawan kolonialisme dan imperialisme. Che bergabung dengan revolusi Kuba, dan dari sana, ia menjadi salah satu tokoh sentral dalam perjuangan pembebasan Amerika Latin.
Petualangan Guevara dengan sepeda motornya bukan sekadar perjalanan fisik melintasi benua. Ini adalah perjalanan batin yang mengubah seorang pemuda menjadi ikon perjuangan yang tak tergantikan. Che Guevara tidak hanya menemukan realitas ketidakadilan di Amerika Latin; ia juga menemukan panggilan hidupnya. Perjalanannya menyadarkan dunia bahwa satu orang yang berani bermimpi, dan lebih penting lagi, berani bertindak, dapat mengubah sejarah.
Sampai hari ini, nama Che Guevara tetap menjadi simbol perlawanan di banyak negara. Meski banyak yang mengkritik metode perjuangannya, semangat revolusionernya tetap hidup dalam berbagai gerakan sosial di seluruh dunia. Semua itu dimulai dari perjalanan sederhana seorang mahasiswa kedokteran yang mencari jawaban atas ketidakadilan yang dilihatnya—dan yang kemudian menjadi kekuatan penggerak revolusi. (mth)