DEN HAAG | Priangan.com – Di tengah harapan dan perjuangan, Indonesia yang baru saja merasakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, terjebak dalam ketegangan dan konflik dengan Belanda. Setelah pendudukan Jepang berakhir, Belanda berusaha kembali mengambil alih kekuasaannya di Indonesia, menghadapi perlawanan sengit dari para pejuang kemerdekaan. Konflik bersenjata dan diplomasi yang rumit mengguncang tanah air, menyisakan pertanyaan tentang masa depan bangsa yang baru lahir ini.
Pada awal 1949, dunia internasional mulai campur tangan. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) membentuk Komite Jasa Baik (GOC) yang diubah menjadi United Nations Commission for Indonesia (UNCI). Misi mereka: menengahi konflik dan menemukan jalan menuju perdamaian. UNCI memfasilitasi pertemuan antara Indonesia dan Belanda, membawa harapan baru bahwa kesepakatan damai mungkin akan tercapai.
Tanggal 23 Agustus 1949, Den Haag menjadi saksi sebuah peristiwa monumental—Konferensi Meja Bundar (KMB). Di ruang-ruang pertemuan yang megah, delegasi dari Republik Indonesia, Belanda, dan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) berkumpul untuk mengatasi ketegangan dan merancang masa depan. Perundingan panjang dan melelahkan berlangsung hingga 2 November 1949, dengan tujuan akhir: mengakui kedaulatan Republik Indonesia.
Konferensi ini menghasilkan keputusan yang mengubah wajah Indonesia. Ditetapkan bahwa Indonesia akan menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), sebuah negara federal dengan 16 negara bagian.
Kedaulatan RIS diakui oleh Belanda pada 27 Desember 1949, menandai akhir dari kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia. Momen itu ditandai dengan upacara simbolis di Amsterdam dan Jakarta, di mana bendera Belanda diturunkan dan bendera Indonesia dikibarkan.
Namun, tidak semua keputusan diterima dengan penuh kepuasan. Salah satu hasil yang kontroversial adalah pengalihan hutang Hindia Belanda sebesar 4,6 milyar gulden kepada Indonesia. Utang ini mencakup biaya kolonial yang digunakan untuk menekan perjuangan kemerdekaan, dan pengambilalihannya mempengaruhi pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.
Pulang ke tanah air, Sukarno sebagai Presiden RIS dan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri, menghadapi tantangan besar. Pada 19 Desember 1949, kabinet RIS terbentuk dengan misi utama melaksanakan transisi kekuasaan yang lancar di seluruh Indonesia. Kembalinya Sukarno ke Jakarta adalah simbol dari sebuah era baru, di mana Indonesia akan mengejar cita-citanya sebagai negara berdaulat.
Namun, Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama. Pada Agustus 1950, RIS dibubarkan, dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan di bawah Republik Indonesia. KMB meninggalkan warisan penting: peneguhan kedaulatan Indonesia dan perubahan dari negara kesatuan menjadi negara federal, lalu kembali ke negara kesatuan, mencerminkan dinamika dan aspirasi bangsa.
Konferensi Meja Bundar bukan hanya sebuah peristiwa politik, tetapi sebuah cermin dari perjuangan dan tekad bangsa Indonesia untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Hatta, sebagai ko-proklamator kemerdekaan dan penerima penyerahan kedaulatan, dikenang sebagai salah satu tokoh kunci yang memegang peranan penting dalam sejarah Indonesia.
KMB juga mempertegas posisi Indonesia di dunia internasional dan menunjukkan kemampuan diplomatik bangsa ini dalam menyelesaikan konflik dengan kekuatan besar. Sejarah KMB mencatat bahwa meskipun perjalanan menuju kemerdekaan dan kedaulatan penuh tidak mudah, Indonesia akhirnya berhasil meneguhkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. (mth)