Dekatkan Polisi dengan Umat, AKBP Moh Faruk Rozi Keliling Pesantren Tanpa Sekat

TASIKMALAYA | Priangan.com – Kota Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri, tempat ratusan pondok pesantren tumbuh menjadi benteng moral masyarakat.

Di tengah semangat religius itulah, AKBP Moh Faruk Rozi mengemban amanah sebagai Kapolres Tasikmalaya Kota. Baginya, bertugas di kota ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga panggilan jiwa yang terasa begitu akrab.

“Ketika saya mendapatkan amanah menjadi pelayan masyarakat di Tasikmalaya Kota, saya melihat kultur di sini sangat agamis. Tasik sebagai kota santri, itu sangat terasa,” kata AKBP Faruk dalam Podcast di Priangan.com.

Ia menyebut bahwa kultur religius masyarakat Tasikmalaya ini nyaris serupa dengan daerah kelahirannya, Bangkalan, Madura.

“Iya, hampir mirip. Kalau tidak bisa saya katakan sama dengan Bangkalan. Kultur pesantren, kultur kesantrian, kehidupan yang dekat dengan nilai-nilai agama. Itu membuat saya merasa seperti di kampung halaman sendiri,” tuturnya.

Ia mengaku meski belum pernah dinas di kampung halamannya sendiri, bertugas di Tasikmalaya membuatnya tidak merasa asing. “Paling tidak, saya tidak terlalu sulit berdinas di sini, karena secara kultur sangat mirip.”

Kedekatan budaya itulah yang kemudian menjadi dasar pendekatan Kapolres dalam menjalankan tugas. Ia memilih jalur keumatan—berupaya menyatu dengan masyarakat melalui hubungan dekat dengan tokoh agama, ajengan, para kiai, dan tentu saja, para santri.

“Kebijakan dan kegiatan kepolisian saya berfokus pada keumatan. Bagaimana kami bisa dekat dengan masyarakat lewat para kiai, para santri, dan tokoh-tokoh agama di sini,” ujarnya.

Dari situlah lahir dua program unggulan yang kini jadi ciri khas Polres Tasikmalaya Kota: Polwan Mengajar di Madrasah dan Safari Pondok Pesantren. Kedua program ini tidak hanya menyentuh institusi pendidikan agama, tetapi juga membangun kepercayaan dan kolaborasi antara polisi dan komunitas keagamaan.

Lihat Juga :  Air Surut, Perahu di Situ Gede Tak Menghasilkan Uang

“Polwan mengajar di madrasah itu tujuannya untuk mendekatkan polisi dengan anak-anak madrasah. Mereka diberi materi soal penanggulangan kenakalan remaja. Tapi caranya tidak represif, kami lebih ke pencegahan. Tidak perlu anak-anak itu dibawa ke kantor polisi, cukup kami yang datang,” kata Faruk.

Program ini sudah menyentuh sekitar 60 madrasah sejak ia mulai bertugas lima bulan lalu. Namun tak berhenti di sana, program kedua—Safari Pondok Pesantren—juga menunjukkan komitmen lebih luas. Sampai pertengahan tahun ini, sekitar 80 pondok pesantren telah dikunjungi langsung oleh jajaran Polres Tasikmalaya Kota.

Lihat Juga :  Kapolres Tasikmalaya Kota Cerita Tentang Patroli, Istri, Golok

“Kami sudah masuk ke sekitar 80 pesantren dari target 280 pesantren yang ada di sini. Dan insyaallah akan kami kunjungi semua. Dari yang berafiliasi dengan NU, Muhammadiyah, Persis, PUI—semuanya kami jangkau. Kami tidak membedakan satu sama lain,” tegasnya.

Dalam setiap kunjungan, pihaknya selalu terlebih dahulu menjalin komunikasi dengan para kiai dan pimpinan pondok.

“Kami meminta izin kepada para ajengan agar anggota kami, terutama Bhabinkamtibmas atau Kapolsek, bisa menyampaikan materi ke pesantren. Dan kami juga berharap, saat penyampaian materi itu, pihak pesantren bisa mengundang pemuda-pemuda dari lingkungan sekitar,” jelas Faruk.

Menurutnya, pesantren memiliki potensi besar untuk dijadikan mitra dalam menjaga ketertiban. Jumlah santri muda di Tasikmalaya sangat banyak, dan menyentuh mereka sejak dini adalah investasi sosial jangka panjang dalam mencegah kejahatan.

“Kalau kita bisa menyampaikan pemahaman soal bahaya narkoba, pergaulan bebas, dan penyakit masyarakat sejak dini ke para santri, maka itu adalah benteng yang luar biasa kuat,” ujarnya.

Ia juga yakin bahwa pendekatan seperti ini jauh lebih efektif dibanding penindakan setelah masalah terjadi. “Kami ingin polisi hadir dengan cara yang lembut. Melalui silaturahmi, komunikasi, dan edukasi. Bukan sekadar datang ketika ada masalah.”

Lihat Juga :  Pentingnya Beladiri Bagi Perempuan

Kapolres berharap langkah yang ia jalankan bersama jajarannya bisa menjadi model pendekatan kepolisian berbasis kultural dan komunitas yang humanis.

“Ini bukan hanya program kerja. Ini adalah bentuk nyata dari semangat pelindung dan pengayom masyarakat. Kalau kita dekat dengan masyarakat, maka keamanan akan lebih mudah terwujud,” pungkas AKBP Faruk Rozi. (yna)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos