TIONGKOK | Priangan.com – Suku Jurchen, yang mendiami wilayah timur laut Tiongkok kuno, adalah kelompok etnis yang meninggalkan jejak besar dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok. Keturunan mereka, yang kemudian dikenal sebagai Suku Manchu, memainkan peran penting dalam mendirikan Dinasti Jin dan akhirnya Dinasti Qing, yang menjadi dinasti kekaisaran terakhir di Tiongkok.
Referensi pertama tentang Suku Jurchen ditemukan pada abad ke-10, ketika kerajaan Balhae di wilayah Heilongjiang takluk oleh Khitan, pendiri Dinasti Liao. Meskipun tunduk kepada kekuasaan Liao, Suku Jurchen tetap mempertahankan identitas mereka. Di masa inilah mereka terbagi menjadi dua kelompok: “Jurchen Mentah” yang tetap di wilayah asal mereka, dan “Jurchen Matang” yang lebih terintegrasi dengan budaya Khitan dan Tiongkok di selatan.
Di balik keragaman ini, Klan Wanyan muncul sebagai penguasa terkemuka di antara Jurchen, mempersatukan suku-suku di bawah satu panji. Pada abad ke-12, pemimpin klan tersebut, Wanyan Aguda, memulai perjalanan menaklukkan Dinasti Liao dan mendirikan Dinasti Jin pada tahun 1115. Di bawah kepemimpinannya, Jurchen bukan hanya berhasil mengalahkan Liao tetapi juga melancarkan serangan ke selatan, menyerbu wilayah Dinasti Song.
Dinasti Jin tumbuh kuat, dan pada tahun 1126, pasukan Jurchen berhasil mencapai ibu kota Dinasti Song di Kaifeng, menangkap kaisar serta mantan penguasanya. Insiden memalukan ini, yang dikenal sebagai Insiden Jingkang, menjadi peristiwa besar dalam sejarah Tiongkok. Namun, meski Dinasti Song berhasil bertahan di selatan, hubungan antara kedua dinasti tetap penuh konflik hingga akhirnya tercapai perdamaian pada tahun 1142. Dinasti Song terpaksa membayar upeti kepada Jurchen, menandakan dominasi Jin di utara.
Meskipun Jurchen mengadopsi banyak budaya Tiongkok dalam sistem birokrasi dan cara hidup, mereka tetap berusaha mempertahankan identitas etnis mereka. Bahasa dan adat istiadat Jurchen tetap dijaga ketat di kalangan militer, meskipun lambat laun gaya hidup mereka berubah.
Namun, ancaman baru muncul dari utara. Pada tahun 1206, Genghis Khan menyatukan suku-suku Mongol dan mendirikan Kekaisaran Mongol. Pada tahun 1211, perang antara Mongol dan Dinasti Jin pecah, dengan Mongol berhasil merebut ibu kota Jin di Zhongdu. Dinasti Jin yang kehilangan banyak wilayahnya mencoba untuk melawan dengan menyerang Dinasti Song, namun strategi ini gagal total.
Tahun 1234 menandai runtuhnya Dinasti Jin ketika Mongol dan Dinasti Song yang bersekutu menyerang ibu kota terakhir mereka di Caizhou. Ironisnya, setelah kejatuhan Jin, Song menjadi target serangan Mongol berikutnya. Dinasti Song Selatan akhirnya takluk pada tahun 1279, menyisakan Mongol sebagai penguasa Tiongkok di bawah Dinasti Yuan.
Namun, kejatuhan Dinasti Jin bukanlah akhir dari kisah Jurchen. Suku-suku mereka, termasuk Jurchen Jianzhou, tetap eksis. Dari mereka inilah Suku Manchu muncul dan mendirikan Dinasti Qing pada tahun 1636. Qing, yang memerintah Tiongkok hingga revolusi pada tahun 1911, adalah dinasti yang membawa Jurchen dan Manchu ke puncak kekuasaan yang bertahan selama berabad-abad.
Warisan suku Jurchen tidak hanya berupa dinasti yang mereka bangun, tetapi juga kontribusi besar mereka terhadap sejarah dan budaya Kekaisaran Tiongkok. Mereka adalah pengingat bahwa bahkan kelompok yang kecil dapat membentuk nasib sebuah peradaban. (mth)