Historia

Mengenal Pasola, Tradisi Unik Masyarakat Sumba yang Sudah Ada Sejak Lama

Pasola menjadi salah satu tradisi masyarakat Sumba yang masih bertahan hingga saat ini. | Net

SUMBA | Priangan.com – Berbicara soal budaya di Indonesia memang tidak akan pernah habis. Pasalnya, ada banyak sekali tradisi unik dan menarik yang berkembang di tanah air tercinta ini. Sebagian di antaranya terbilang unik, seperti Pasola, sebuah tradisi khas masyarakat Sumba di Nusa Tenggara Timur.

Pasola bukan sekadar permainan rakyat, melainkan sebuah ritual sakral yang mengandung nilai spiritual, sosial, dan budaya yang mendalam. Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun dan masih dilaksanakan hingga kini sebagai bagian dari identitas serta warisan budaya masyarakat Sumba.

Pasola berasal dari kata “hola” atau “soal,” yang dalam bahasa setempat berarti lembing kayu. Tradisi ini berupa pertempuran antara dua kelompok penunggang kuda yang saling melemparkan lembing kayu dengan ujung tumpul.

Meski terlihat seperti permainan berbahaya, Pasola lebih dari sekadar adu ketangkasan. Ia adalah simbol dari keseimbangan alam, penghormatan terhadap leluhur, serta ritual untuk menyambut musim panen. Masyarakat Sumba percaya bahwa darah yang tertumpah dalam Pasola merupakan persembahan bagi bumi agar tanah tetap subur dan hasil panen melimpah.

Sejarah Pasola sendiri berkaitan erat dengan kepercayaan Marapu, sistem kepercayaan asli masyarakat Sumba yang menempatkan leluhur sebagai bagian dari kehidupan spiritual mereka. Menurut cerita yang diwariskan turun-temurun, Pasola berawal dari kisah cinta yang berujung pada perpecahan, tetapi akhirnya melahirkan tradisi yang mempererat persaudaraan.

Dikisahkan seorang perempuan bernama Rabu Kabba jatuh cinta dengan pria dari daerah lain, yang kemudian memicu ketegangan antara dua kelompok. Namun, demi menjaga kedamaian, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan perang sungguhan, melainkan melalui Pasola, yang menjadi ajang pembuktian keberanian sekaligus simbol perdamaian.

Pelaksanaan Pasola diawali dengan ritual adat yang disebut Nyale, yakni tradisi menangkap cacing laut di pantai. Kemunculan cacing Nyale dianggap sebagai pertanda baik atau buruknya hasil panen dalam setahun ke depan.

Tonton Juga :  Sejarah Perang Mawar, Konflik Dua Wangsa Inggris yang Penuh Darah

Jika cacing yang ditemukan sehat dan berwarna cerah, itu menandakan keberkahan bagi masyarakat. Sebaliknya, jika cacing terlihat kecil atau sedikit, maka tahun tersebut dipercaya akan penuh dengan tantangan. Setelah ritual Nyale selesai, Pasola pun digelar dengan penuh semangat dan antusiasme.

Pada hari pelaksanaan, ratusan pria berkuda mengenakan pakaian adat khas Sumba. Mereka terbagi menjadi dua kelompok dari desa yang berbeda.

Dengan kecepatan tinggi, mereka saling melempar lembing kayu sambil mengendalikan kuda mereka yang berlari kencang. Suasana menjadi semakin dramatis ketika sorak-sorai penonton membahana, mendukung para ksatria yang bertarung dengan gagah berani.

Meski hanya menggunakan tombak kayu yang ujungnya tumpul, tidak jarang peserta mengalami cedera serius, bahkan kehilangan nyawa. Namun, dalam kepercayaan lokal, darah yang tertumpah diyakini membawa keseimbangan bagi alam dan memberikan berkah bagi masyarakat.

Pasola tidak hanya sekadar tontonan, tetapi juga memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi. Sebulan sebelum acara, masyarakat dilarang mengadakan pesta atau kegiatan yang dianggap dapat mengganggu kesakralan ritual. Selain itu, dalam pelaksanaannya, hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan berpartisipasi sebagai pelempar lembing. Semua ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan tradisi agar tetap dihormati dan dilaksanakan sesuai adat yang telah diwariskan oleh leluhur.

Di era modern ini, Pasola tidak hanya menjadi bagian dari ritual kepercayaan masyarakat Sumba, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah, bahkan mancanegara. Setiap tahun, wisatawan datang untuk menyaksikan langsung tradisi yang unik dan penuh makna ini. Namun, dengan semakin banyaknya perhatian dari luar, ada tantangan tersendiri dalam menjaga kemurnian dan esensi asli dari Pasola. Beberapa pihak khawatir bahwa modernisasi bisa mengubah nilai-nilai tradisional yang terkandung di dalamnya.

Tonton Juga :  Kisah Minotaur, Makhluk Mitologi Yunani yang Diangkat jadi Hero Mobile Legends: Bang Bang

Untuk menjaga Pasola tetap lestari, berbagai upaya dilakukan, termasuk menjadikannya sebagai warisan budaya tak benda yang dilindungi oleh pemerintah. Masyarakat Sumba sendiri terus berupaya mempertahankan tradisi ini sesuai dengan adat dan kepercayaan mereka. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: