Historia

Temaram Nasib Monorel Giroskop

Uji coba monorel giroskop dengan para wartawan. | Flashbak

LONDON | Priangan.com – Bayangkan sebuah kereta yang hanya memiliki satu rel, tetapi tetap seimbang tanpa terguling, bahkan saat berhenti. Sebuah kendaraan yang bisa melaju cepat, menikung tajam, dan tetap stabil seolah melawan hukum gravitasi. Konsep ini bukan sekadar imajinasi, tetapi sebuah inovasi nyata yang hampir mengubah dunia transportasi: monorel giroskop.

Pada awal abad ke-20, dua insinyur dari belahan dunia berbeda, Louis Philip Brennan dari Irlandia-Australia dan Paul Fröhlich dari Jerman, secara terpisah mengembangkan teknologi monorel giroskop skala penuh.

Dengan sistem giroskop inovatif, kendaraan ini dapat menjaga keseimbangan dengan hanya satu rel. Sayangnya, meskipun menjanjikan, teknologi ini tidak pernah diimplementasikan secara luas dan akhirnya ditinggalkan.

Tidak seperti kereta konvensional yang menggunakan dua rel, monorel giroskop bergantung pada dua roda flywheel yang berputar berlawanan arah. Didukung motor listrik, roda ini menjaga kestabilan kendaraan bahkan saat diam. Dengan gesekan lebih sedikit dan keseimbangan lebih baik, monorel giroskop memiliki potensi untuk melaju lebih cepat dan lebih aman dibandingkan kereta biasa.

Pada tahun 1903, Brennan mengajukan paten untuk monorel giroskopnya. Ia mendemonstrasikan model awalnya kepada Angkatan Darat Inggris, yang terkesan dan merekomendasikan pendanaan sebesar £10.000. Namun, Departemen Keuangan menolak usulan tersebut, sehingga Brennan harus mencari dana sendiri.

Dengan anggaran terbatas, Brennan membangun model lebih besar dengan dua giroskop berdiameter lima inci. Ia menguji monorelnya di lintasan buatan di halaman belakang rumahnya, termasuk di atas jembatan tali sepanjang 70 kaki. Uji coba ini membuktikan bahwa kendaraan tetap stabil, bahkan saat berhenti di tengah jembatan.

Pada tahun 1909, dengan dukungan finansial tambahan, Brennan membangun monorel sepanjang 40 kaki yang ditenagai mesin bensin 20 tenaga kuda. Kendaraan ini sukses membawa 32 penumpang dalam uji coba.

Tonton Juga :  Bayang Bayang Kekuasaan, Ternyata Nepotisme Sudah Ada Sejak Zaman VOC

Setahun kemudian, monorel ini dipamerkan di Pameran Jepang-Inggris di London dan mengangkut 50 penumpang dengan kecepatan 20 mil per jam. Winston Churchill bahkan ikut mencoba monorel ini, memberikan dorongan moral bagi proyek Brennan.

Brennan membayangkan monorel giroskop sebagai transportasi masa depan. Ia ingin kendaraan ini menjadi ruang perjalanan yang nyaman, lengkap dengan ruang tamu, restoran, perpustakaan, bahkan ruang hiburan dan kamar tidur. Namun, meskipun memiliki visi besar, ia gagal menarik minat investor.

Kelemahan utama monorel giroskop terletak pada ketergantungannya terhadap giroskop yang harus terus berputar agar tetap seimbang. Para investor khawatir jika daya giroskop tiba-tiba hilang, monorel bisa terguling.

Brennan berusaha meyakinkan bahwa roda flywheel akan tetap berputar selama beberapa jam meskipun kehilangan daya, cukup waktu bagi pengemudi untuk mengaktifkan kaki-kaki penstabil. Namun, kekhawatiran ini tetap menjadi penghalang utama pengembangannya.

Selain itu, meskipun biaya konstruksi monorel giroskop lebih hemat, teknologi ini tetap harus bersaing dengan kereta konvensional yang sudah memiliki infrastruktur luas. Perubahan sistem transportasi memerlukan investasi besar, sesuatu yang sulit diperoleh tanpa kepercayaan investor.

Walau monorel giroskop tidak pernah diadopsi secara luas, teknologi giroskop kini menjadi bagian penting dalam berbagai bidang seperti penerbangan, kapal selam, dan sistem navigasi. Konsep revolusioner Brennan dan Fröhlich membuktikan bahwa inovasi sering kali menghadapi tantangan besar sebelum diterima masyarakat.

Monorel giroskop menjadi contoh nyata bahwa ide cemerlang saja tidak cukup untuk mengubah dunia. Keberhasilan suatu teknologi tidak hanya bergantung pada kecanggihannya, tetapi juga pada kesiapan infrastruktur, kepercayaan publik, dan dukungan finansial yang memadai. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: