WASHINGTON, D.C | Priangan.com – Sejarah jeans bermula dari kebutuhan sederhana di kawasan Amerika Barat pada paruh kedua abad ke-19. Saat itu, para penambang yang datang berbondong-bondong pada masa Demam Emas membutuhkan pakaian kerja yang tidak mudah sobek. Kondisi tambang yang keras menuntut mereka mengenakan celana yang kuat, tahan gesekan, dan mampu dipakai dalam waktu lama. Di tengah kebutuhan tersebut, seorang pedagang kain bernama Levi Strauss yang datang ke San Francisco pada 1850-an melihat peluang yang kemudian mengubah sejarah industri pakaian.
Perjumpaan Strauss dengan seorang penjahit bernama Jacob Davis menjadi titik awal lahirnya produk yang kini dikenal sebagai jeans. Davis menemukan cara memperkuat celana kerja dengan paku keling pada titik-titik rawan robek, seperti ujung saku. Ide itu terbukti efektif, namun ia tak memiliki biaya untuk mengurus paten. Ia kemudian menghubungi Strauss dan mengajukan kerja sama. Pada 20 Mei 1873, keduanya resmi mendapatkan paten dari pemerintah Amerika Serikat untuk desain baru tersebut, menandai kelahiran celana kerja yang kemudian menjadi ikon.
Produksi jeans pada masa awal masih sederhana. Strauss memanfaatkan bahan denim dan brown duck yang dikenal kuat, lalu menjahitnya di bengkel kecil sebelum berkembang menjadi produksi skala besar. Sebagian besar pesanan datang dari para penambang, peternak, dan pekerja lapangan lain yang menganggap celana keling buatan Strauss dan Davis lebih awet dibandingkan pakaian kerja sebelumnya. Nilai pakai itulah yang membuat jeans cepat menyebar di kawasan tambang dan wilayah perbatasan Amerika Barat.
Jeans perlahan membentuk identitas pemakainya. Bagi para pekerja tambang, celana ini tidak hanya berfungsi sebagai perlindungan saat bekerja. Kekuatan dan kepraktisannya membuat jeans menjadi bagian dari keseharian, sejalan dengan citra kerja keras yang melekat pada para penambang. Di luar fungsi utamanya, jeans kemudian mencerminkan perubahan sosial yang sedang berlangsung, termasuk mobilitas penduduk dan perkembangan ekonomi di wilayah Barat Amerika.
Seiring meningkatnya permintaan, jeans produksi Strauss masuk ke toko-toko grosir dan menjadi salah satu produk yang diandalkan para pekerja di banyak sektor. Keberhasilan ini mendorong lahirnya berbagai pengembangan model hingga akhirnya jeans menembus ranah budaya populer pada abad ke-20.
Meski tampilannya terus berubah mengikuti perkembangan zaman, jejak awal jeans sebagai pakaian para penambang tetap tercatat sebagai fondasi yang membentuk reputasi produk ini. Kini, jeans sudah digunakan oleh orang di berbagai negara dan latar belakang pekerjaan. (wrd)

















