Historia

Waterloo, Pertempuran Terakhir Napoleon Bonaparte

Penggambaran pertempuran Waterloo. | Wikimedia Commons

PARIS | Priangan.com – Siapa tak kenal dengan Napoleon Bonaparte? Ya, dia adalah seorang kaisar Prancis yang begitu melegenda. Namanya tak hanya dikenang karena kejeniusan taktik militernya saja, melainkan juga karena pertempuran terakhir epiknya yang menjadi penutup kisah kepemimpinannya di dunia ini. Ya, Pertempuran Waterloo. Pertempuran ini terjadi pada 18 Juni 1815 di dekat Waterloo, Belgia, dan menjadi momen bersejarah yang mengubah peta kekuasaan di Eropa.

Awal mula pertempuran ini terjadi karena Napoleon melarikan diri dari Elba dan kembali ke Prancis tepat Pada Februari 1815. Dalam waktu singkat, ia berhasil mengumpulkan dukungan dan membangun kembali pasukannya. Namun, kembalinya Napoleon justru memicu kekhawatiran di antara negara-negara Eropa. Koalisi yang terdiri dari Inggris, Prusia, Austria, dan Rusia pun segera bersiap untuk menghadapinya. Napoleon yang menyadari ancaman ini, memutuskan untuk menyerang lebih dulu sebelum koalisi tersebut sempat bersatu.

Pada Juni 1815, Napoleon memimpin pasukannya yang berjumlah sekitar 72.000 tentara menuju Belgia, di mana pasukan Inggris dan Prusia berada. Pasukan Inggris yang kala itu dipimpin oleh Arthur Wellesley, Adipati Wellington, berkekuatan sekitar 68.000 orang dan didukung oleh pasukan dari Belgia, Belanda, dan Jerman. Napoleon berencana untuk menghancurkan pasukan Inggris sebelum pasukan Prusia yang dipimpin oleh Gebhard Leberecht von Blücher bisa bergabung dengan mereka.

Namun, rencana Napoleon tidak berjalan mulus. Pada pagi hari pertempuran, hujan deras membuat medan pertempuran berlumpur sehingga memperlambat pergerakan pasukan dan artileri. Napoleon  pun memutuskan untuk menunda serangan hingga tanah mengering. Namun, penundaan ini justru memberi waktu bagi pasukan Prusia untuk bergabung dengan pasukan Inggris. Ketika pertempuran akhirnya dimulai, pasukan Napoleon menghadapi perlawanan sengit dari kedua pihak.

Tonton Juga :  Soeta Ono, Sang Macan Rimba Penantang Penjajah

Pertempuran berlangsung sepanjang hari dengan korban yang terus berjatuhan di kedua belah pihak. Meski pasukan Napoleon banyak melumpuhkan pasukan musuh, kekuatan gabungan Inggris dan Prusia akhirnya berhasil mendesak pasukan Prancis. Kesalahan strategi, kelelahan pasukan, dan kurangnya koordinasi di antara komandan-komandan Napoleon turut berkontribusi pada kekalahan Prancis.

Kekalahan di Waterloo menjadi pukulan telak bagi Napoleon. Diperkirakan lebih dari 33.000 tentara Prancis tewas, terluka, atau ditawan, sementara korban di pihak Inggris dan Prusia mencapai sekitar 22.000 jiwa. Setelah kekalahan ini, Napoleon kembali turun takhta pada 22 Juni 1815. Kali ini, ia diasingkan ke Pulau Saint Helena, sebuah pulau terpencil di Samudra Atlantik Selatan yang dikuasai oleh Inggris.

Napoleon menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan hingga meninggal pada 5 Mei 1821 karena kanker perut. Jenazahnya sempat dimakamkan di Saint Helena, namun pada 1840, tulang-belulangnya dipindahkan ke Prancis dan dimakamkan dengan penghormatan militer di Les Invalides, Paris. (Ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: