Historia

Wanita yang Tampak Sehat Ini Ternyata Sebarkan Penyakit Mematikan  

Mary Mellon dikarantina di North Brother Island, New-York. | Wikimedia Commons.

NEW YORK | Priangan.com – Di awal abad ke-20, ada seorang wanita yang dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan masyarakat, bukan karena ia seorang kriminal atau ilmuwan gila, tetapi karena ia membawa penyakit mematikan tanpa menyadarinya.

Ia tidak pernah merasa sakit, namun di setiap tempat ia bekerja, wabah tifoid selalu mengikuti. Namanya Mary Mallon, atau yang lebih dikenal sebagai ‘Mary si Tifoid’.

Musim panas yang seharusnya menjadi waktu bersantai berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarga Charles Henry Warren. Bankir asal New York ini menyewa rumah di Oyster Bay, Long Island, untuk berlibur bersama keluarganya. Namun, liburan mereka terganggu ketika beberapa anggota keluarga dan pekerja rumah tangga tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab yang jelas.

Demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, dan diare melanda enam dari sebelas orang yang tinggal di rumah tersebut. Kekhawatiran pun muncul, terutama bagi pemilik rumah, George Thompson, yang takut rumahnya tak bisa disewakan lagi akibat wabah ini.

Pihak kesehatan setempat mencoba mencari sumber penyakit. Awalnya, mereka menduga makanan laut sebagai penyebabnya, tetapi teori itu terbantahkan karena tidak semua orang yang sakit mengonsumsinya. Merasa buntu, Thompson menyewa seorang ahli epidemiologi ternama, Dr. George Soper, untuk menyelidiki kasus ini.

Hasil investigasi Soper menemukan fakta mencengangkan. Setiap orang yang jatuh sakit diketahui telah mengonsumsi es krim buatan sendiri dengan buah persik segar.

Makanan penutup itu disiapkan oleh juru masak keluarga, Mary Mallon. Anehnya, Mary sendiri tetap sehat dan tiba-tiba menghilang setelah wabah mulai menyebar.

Soper lalu menelusuri riwayat kerja Mary dan menemukan pola mengkhawatirkan. Sejak tahun 1900, hampir setiap keluarga tempat Mary bekerja mengalami wabah tifoid. Wabah tifoid pecah setelah Mary bergabung sebagai juru masak.

Tonton Juga :  Sejarah Gaya Rambut Taucang, Tradisi Unik yang jadi Identitas Pria Tionghoa Era Dinasti Qing

Bahkan, Soper mencurigai Mary sebagai penyebab epidemi tifoid besar di Ithaca, New York, yang menginfeksi 1.400 orang pada tahun 1903.

Untuk memastikan kecurigaannya, Soper mencoba menemui Mary secara langsung. Namun, saat mereka bertemu di dapur rumah tempat Mary bekerja, wanita itu menolak memberikan sampel darah, urin, serta fesesnya. Merasa tersudut, Mary menjadi agresif dan bahkan mengancam Soper dengan garpu pemotong, memaksanya melarikan diri.

Tak menyerah, Soper kembali dengan bantuan polisi dan pejabat kesehatan. Setelah pencarian selama lima jam, Mary akhirnya ditemukan bersembunyi di dalam lemari. Saat ditangkap, ia marah dan melawan sekuat tenaga.

Mary dibawa ke Rumah Sakit Willard Parker untuk diperiksa. Hasil tes menunjukkan bahwa kantung empedunya penuh dengan bakteri Salmonella typhi, penyebab tifoid.

Ternyata, Mary adalah pembawa sehat penyakit ini. Anehnya, meski ia tidak menunjukkan gejala, ia mampu menularkannya ke orang lain. Selain itu, Mary juga mengakui bahwa ia tidak mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi, yang membuat penyebaran bakteri semakin cepat melalui makanan yang ia siapkan.

Kisah Mary segera menjadi sorotan media. Ia dijuluki “Mary si Tifoid” dan dicap sebagai wanita paling berbahaya di Amerika.

Akibat tekanan publik, otoritas kesehatan mengisolasi Mary di sebuah pondok kecil di Pulau North Brother selama tiga tahun. Setelah dibebaskan, ia diperintahkan untuk tidak lagi bekerja sebagai juru masak dan wajib melapor setiap tiga bulan.

Namun, Mary melanggar perintah ini. Ia mengganti namanya menjadi Mary Brown dan kembali bekerja sebagai juru masak di berbagai tempat.

Pada tahun 1915, sebuah epidemi tifoid kembali terjadi di Rumah Sakit Wanita Sloan di New York. Sebanyak 25 staf terinfeksi, dan dua di antaranya meninggal. Saat penyelidikan dilakukan, Mary ditemukan kembali sebagai juru masak di rumah sakit tersebut. Kali ini, ia tidak melawan ketika ditangkap.

Tonton Juga :  Poena Cullei: Hukuman Ekstrem Romawi Kuno yang Mengubah Takdir Si Pembunuh Orang Tua

Mary dikembalikan ke Pulau North Brother untuk diisolasi seumur hidupnya. Ia menghabiskan sisa hidupnya di sana hingga mengalami stroke yang melumpuhkannya. Pada 11 November 1938, Mary Mallon meninggal dunia.

Mary dimakamkan di Pemakaman St. Raymond, Bronx, tanpa pernah mengakui perannya dalam penyebaran tifoid.

Namun, kasusnya menjadi titik balik dalam pemahaman tentang pembawa sehat penyakit menular. Kisahnya mengingatkan dunia akan pentingnya kebersihan dan pengawasan kesehatan dalam mencegah wabah yang bisa terjadi tanpa disadari. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: