Historia

Trio Minang yang Mengubah Wajah Pasar Senen

Djohan, Djohor, dan Ajoeb Rais. Trio Minang penakluk Pasar Senen Batavia. | Istimewa

JAKARTA | Priangan.com – Pasar Senen pernah menjadi arena bisnis yang nyaris tak tersentuh oleh pedagang pribumi. Selama bertahun-tahun, kekuatan perdagangan di kawasan ini dikuasai oleh komunitas Tionghoa yang sudah lama mengakar.

Namun, sejarah mencatat, kekuatan itu tidak bertahan selamanya. Pasar Senen mulai berubah ketika tiga perantau asal Minang, Djohan, Djohor, dan Ajoeb Rais datang dan membuka ruang bagi kalangan bumiputra untuk melakukan kegiatan usaha di sana.

Dikisahkan, Djohan datang ke Batavia dengan tujuan sederhana, namun matanya tajam membaca peluang. Ia tak membawa kekayaan, hanya semangat dan keberanian. Dari menjajakan barang dengan modal kepercayaan, ia perlahan membangun basis dagang yang kuat. Ketekunan itu membuat namanya mulai diperhitungkan oleh para pedagang lama.

Setelah Djohan menunjukkan arah yang menjanjikan, Djohor ikut bergabung. Bukan sekadar bekerja sama, mereka menyusun ulang cara berdagang dengan pendekatan yang lebih sistematis. Kepiawaian mengelola keuangan dan jaringan membuat usaha mereka tumbuh pesat. Toko demi toko yang sebelumnya dimiliki kelompok Tionghoa mulai berpindah tangan.

Langkah berikutnya datang saat Ajoeb Rais bergabung dalam kemitraan ini. Ia membawa semangat baru dan koneksi yang mendukung ekspansi usaha. Bersama, ketiganya tidak hanya menguasai Pasar Senen, tapi juga memperluas pengaruh ke kota-kota besar lain. Keberhasilan ini menumbuhkan kepercayaan diri di kalangan pribumi yang sebelumnya merasa terkunci oleh dominasi lama.

Transformasi yang digerakkan oleh trio Minang ini mengubah wajah Pasar Senen secara perlahan. Bukan sekadar soal kekuatan modal, mereka menunjukkan bahwa keberanian memulai, kejelian membaca situasi, dan kerja sama solid dapat menjadi alat untuk menembus dominasi. Sejak saat itu, semakin banyak pedagang pribumi yang berani membuka usaha dan ikut serta dalam persaingan.

Tonton Juga :  Dari Lam Padang Berakhir di Sumedang; Gigih Perjuangan Cut Nyak Dhien untuk Kemerdekaan Indonesia

Warisan mereka bukan hanya soal kesuksesan bisnis, tapi juga keberhasilan membuka pintu yang selama ini seolah terkunci rapat. Ketiganya memberi contoh bahwa perubahan bukan hanya mungkin, tapi nyata, selama ada yang bersedia melangkah lebih dulu. (Wrd)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: