Tragedi Semanggi: Luka Reformasi yang Belum Sembuh

JAKARTA | Priangan.com – Setelah tumbangnya rezim Orde Baru, harapan akan perubahan besar sempat tumbuh di mana-mana. Rakyat percaya bahwa era baru yang lebih bebas dan adil sedang dimulai. Namun di tengah euforia itu, Jakarta justru kembali diselimuti asap dan gas air mata. Suara peluru terdengar di antara teriakan mahasiswa yang menuntut pembaruan. Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Tragedi Semanggi, dua rentetan kejadian berdarah yang mencoreng masa awal reformasi antara tahun 1998 dan 1999.

Tragedi pertama terjadi pada 13 November 1998. Ribuan mahasiswa turun ke jalan menolak Sidang Istimewa MPR yang dinilai berpotensi menghidupkan kembali bayang-bayang kekuasaan lama. Di sekitar jembatan Semanggi, suasana yang awalnya terkendali tiba-tiba berubah kacau. Aparat berusaha membubarkan massa, gas air mata ditembakkan, dan letusan senjata terdengar di antara kerumunan. Mahasiswa berlarian menyelamatkan diri, beberapa tumbang dan tak sempat bangkit lagi.

Belum genap setahun berlalu, peristiwa serupa kembali terulang. Pada 24 September 1999, gelombang demonstrasi memenuhi jalan-jalan menuju Gedung DPR/MPR. Kali ini mahasiswa menolak RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya yang dianggap membuka peluang kembalinya peran militer dalam urusan sipil. Saat sore menjelang malam, bentrokan pecah di kawasan Semanggi. Tembakan kembali meletus, dan seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Yap Yun Hap, tewas setelah peluru menembus punggungnya.

Menurut berbagai catatan, sedikitnya sebelas orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam Tragedi Semanggi II. Deretan nama korban menjadi penanda betapa rapuhnya masa peralihan menuju demokrasi kala itu.

Komnas HAM sempat turun tangan dan menyatakan adanya indikasi pelanggaran hak asasi manusia berat. Namun, penyelesaian hukum berjalan lambat. Laporan demi laporan dikirimkan ke Kejaksaan Agung, tapi tak pernah berujung pada kejelasan. Keluarga korban terus menunggu, sementara keadilan seolah tak pernah sampai.

Lihat Juga :  Mengenang Tragedi Letusan Gunung Vesuvius di Pompeii

Lebih dari dua puluh tahun kemudian, luka Semanggi belum benar-benar sembuh. Setiap kali mahasiswa turun ke jalan memperingati reformasi, nama-nama korban tak jarang kembali disebut. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos