Mengenang Banjir All Saint’s Flood, Banjir Terbesar yang Pernah Menerjang Eropa Utara

JAKARTA | Priangan.com – Kamis, 1 November 1570, mungkin menjadi tanggal kelam dalam sejarah Eropa Utara. Pasalnya, pada tanggal itu, banjir besar yang dikenal sebagai All Saint’s Flood melanda kawasan pesisir Laut Utara. Badai kuat dari arah barat laut bertemu dengan pasang purnama sehingga menyebabkan gelombang tinggi yang berhasil menembus tanggul dan membanjiri wilayah pesisir Belanda, Flanders, serta Jerman bagian utara.

Air laut naik jauh melampaui batas normal dan menerjang pemukiman-pemukiman pesisir. Desa-desa di sepanjang wilayah Zeeland, Friesland, dan East Frisia terendam hingga berhari-hari. Puluhan tanggul runtuh, ladang-ladang pertanian tenggelam, dan sejumlah pulau kecil hilang dari peta. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, sementara ternak dan hasil panen hanyut terbawa arus. Para saksi pada masa itu mencatat, air datang begitu cepat hingga banyak penduduk tidak sempat menyelamatkan diri.

Korban jiwa mencapai puluhan ribu orang. Sejarawan memperkirakan antara dua puluh hingga dua puluh lima ribu orang meninggal dunia akibat banjir tersebut. Sebagian besar korban berasal dari wilayah rendah yang sistem perlindungannya rusak parah akibat tekanan air laut. Selain menimbulkan kerugian besar, banjir juga menyebabkan krisis pangan karena tanah pertanian tercemar air asin, membuat lahan tak dapat ditanami selama bertahun-tahun.

Penyebab utama bencana ini berasal dari kombinasi kondisi cuaca ekstrem dan lemahnya infrastruktur pertahanan air pada masa itu. Banyak tanggul yang tidak terawat karena biaya pemeliharaan dibebankan secara lokal, sementara kerja sama antardaerah belum terbentuk dengan baik. Ketika gelombang besar datang, sistem pertahanan yang rapuh itu tak mampu menahan tekanan. Akibatnya, air laut dengan mudah menerobos daratan dan menimbulkan kerusakan luas.

Setelah banjir reda, masyarakat pesisir menghadapi tantangan berat untuk memulihkan kehidupan mereka. Pembangunan ulang tanggul membutuhkan tenaga dan biaya besar, sementara di sisi lain, ada banyak keluarga yanag kehilangan anggota dan seumber penghidupan mereka. Dalam jangka panjang, peristiwa ini pun akhirnya mendorongan perubahan besar dalam pengelolaan air di kawasan pesisir Belanda. Pemerintah kemudian mulai membentuk lembaga-lembaga pengelolaan air yang lebih terorganisir agar bencana serupa tak terulang lagi. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos