Historia

Tragedi Jonestown; Aksi Bunuh Diri Massal Terbesar dalam Sejarah Amerika Serikat

Potret ratusan jasad dari pengikut Jim Jones setelah mereka melakukan aksi bunuh diri secara massal | Net

JONESTOWN | Priangan.com – Sabtu, 18 November 1978, dunia diguncang oleh salah satu peristiwa paling mengerikan dalam sejarah. Lebih dari 900 orang, termasuk anak-anak, melakukan aksi bunuh diri massal di Jonestown, Guyana, Amerika Serika (AS).

Aksi tersebut dilakukan atas perintah Jim Jones, seorang pemimpin sekte yang dikenal paranoid. Peristiwa ini pun tercatat sebagai insiden bunuh diri massal terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Awal mula kejadian itu dimulai ketika Jim Jones sebagai seorang pendeta berhasil menarik perhatian publik karena pesan-pesannya yang menyuarakan kesetaraan ras dan anti-segregasi. Walhasil, gereja yang ia dirikan, Peoples Temple, pun semakin tumbuh pesat, terutama di kalangan komunitas Afrika-Amerika yang tertarik pada kesetaraan ras ini.

Sekitar pertengahan tahun 1960-an, Jones dan pengikutnya pindah ke California, mereka membangun basis komunitas di wilayah pedesaan dekat Ukiah. Jones yakin, lokasi terpencil ini akan melindungi ia beserta pengikutnya dari kehancuran dunia yang pada saat itu tengah dilanda musim perang.

Hampir selama satu dekade, ia bersama para pengikutnya hidup di sana. Jones juga berhasil memperluas kekuasaannya, berbagai pesan yang ia suarakan, semakin banyak menarik orang untuk bergabung menjadi pengikutnya.

Namun, di balik tampak luar yang penuh kepedulian sosial itu, Jones ternyata sering memanipulasi, menakut-nakuti, dan menindas para pengikutnya. Anggota Peoples Temple belakangan diketahui kerap dipermalukan dan dipukuli.

Mereka juga dipaksa untuk menyerahkan harta benda mereka, termasuk rumah dan aset pribadi kepada gereja. Dengan menggunakan taktik kekerasan psikologis, Jones membuat para pengikutnya percaya bahwa keluar dari kelompok itu berarti mereka akan dikirim ke kamp konsentrasi oleh pemerintah.

Kebusukan Jones itu pun akhirnya tercium oleh media. Hal ini membuat Jones merasa khawatir. Ia pun memutuskan untuk pindah bersama para pengikutnya ke Jonestown, Guyama, sekitar tahun 1977. Dengan diiming-imingi lingkungan yang lebih damai dan nyaman, para pengikut Jones percaya begitu saja lalu ikut pindah.

Tonton Juga :  Menelusuri sejarah Kujang, Senjata Sakral dan Misteri Kekuatan di Tengah Kerajaan Sunda

Sayangnya, kehidupan di Jonestown jauh dari apa yang dijanjikan. Alih-alih merasakan kenyamanan, para pengikutnya malah hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.  Mereka harus tinggal dalam kabin-kabin kecil dan berbagi tempat tidur sempit dengan anggota lainnya.

Meski telah pindah ke wilayah terpencil, namun kabar mengenai keberadaan Jones bersama para pengikutnya tetap diketahui oleh sejumlah kalangan, termasuk Leo Ryan, salah seorang anggota Kongres AS. Tepat pada November 1978, Ryan pun melakukan kunjungan ke Jonestown untuk membuktikan berbagai isu sumbang yang muncul dari kelompok ini.

Di tengah kunjungan itu, Ryan menerima sebuah surat yang berisi daftar nama pengikut Jones yang ingin keluar dari kelompok tersebut. Mulanya semua berjalan normal. Daftar orang-orang itu berhasil dibawa Ryan pergi dari Jonestown. Namun, setibanya di bandara, mereka kemudian diserang oleh para pengikut setia Jones. Walhasil, Ryan dan beberapa anggota delegasinya tewas dalam baku tembak.

Kabar tewasnya Ryan yang dilakukan oleh para pengikut Peoples Temple, itu ternyata  berhasil membuat Jones panik. Ia meyakini, pasca kejadian itu pemerintah AS pasti akan menjadikannya sebagai seorang buronan.

Tanpa berpikir panjang, di tengah serangan kepanikan itu, Jones pun turut meyakinkan para pengikutnya yang lain bahwa mereka juga akan dicari dan dihukum oleh pemerintah. Singkat cerita, Jones kemudian mengatakan bahwa satu-satunya cara yang baik untuk keluar dari permasalahan ini adalah melakukan bunuh diri.

Tak berselang lama, ia pun memerintahkan para pengikutnya untuk membawakan sebuah ceret besar. Ceret tersebut kemudian diisi dengan minuman anggur yang telah dicampur sianida. Minuman beracun itu pertama kali diberikan kepada anak-anak melalui suntikan, kemudian diikuti oleh para orang dewasa.

Akibat keracunan, satu persatu dari mereka pun tewas. Tercatat, dalam tragedi ini sedikitnya ada 900 orang yang menjadi korban. Semenara Jones, diyakini tidak meminum minuman tersebut. Ia disinyalir bunuh diri lewat jalan lain, yakni menembak kepalanya sendiri. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya sebuah luka tembak di bagian kepala Jones. (ersuwa)

Tonton Juga :  Halim Perdanakusuma; Pelopor Angkatan Udara yang Namanya Abadi
zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: