Historia

Sumpit Beracun, Senjata Milik Suku Dayak Punan yang Paling Ditakuti Pasukan Jepang dan Belanda

Dokumentasi lomba sumpit yang biasa digelar di Suku Dayak Punan | Antara Foto

KALIMANTAN BARAT | Priangan.com – Selama masa-masa perjuangan bangsa Indonesia, ada satu pasukan yang amat ditakuti oleh para penjajah baik Belanda maupun Jepang. Pasukan itu berasal dari pedalaman Kalimantan Barat, yakni suku Dayak Punan.

Di masa pendudukan, pasukan ini sangat ditakuti sampai-sampai dijuluki sebagai Pasukan Hantu. Itu karena kepiawaian mereka dalam urusan taktik yang mengandalkan serangan senyap kepada musuh.

Selain itu, pasukan hantu asal Kalimantan Barat juga ditakuti karena punya senjata tradisional yang tak kalah efektif jika dibandingkan dengan senjata-senjata modern milik para penjajah. Senjata tersebut adalah sumpit beracun, dimana hanya dalam hitungan menit, musuh yang terkena peluru sumpit beracun ini akan mati lemas.

Sumpit beracun sendiri mulanya hanya digunakan oleh suku Dayak Punan untuk berburu hewan di pedalaman hutan. Namun, seiring berjalannya waktu, senjata ini mulai digunakan untuk melawan para penjajah yang hendak meduduki wilayah mereka.

Kekuatan sumpit beracun ini berasal dari getah pohon tertentu yang diambil dari hutan pedalaman Kalimantan Barat. Saat hendak melawan musuh, suku Dayak Punan akan terlebih dahulu bersembunyi di balik semak-semak hutan, ketika pasukan Belanda atau Jepang datang, mereka akan mulai meniupkan sumpit berisi peluru beracun tersebut.

Seperti yang terjadi sekitar tahun 1943 lalu, Pasukan Hantu dari suku Dayak Punan, terlibat perang sengit dengan pasukan Jepang yang berupaya menduduki wilayah mereka. Dalam perang ini, pasukan Dayah Punan memanfaatkan senjata sumpit beracun untuk melawan tentara Jepang.

Dengan taktik gerilya dan andalan senjata sumpitnya, pasukan hantu akhirnya mampu mengalahkan pasukan Jepang dan mengamankan wilayahnya.

Selain karena kemampuan gerilya dan senjata sumpit beracun, kemenangan suku Dayak Punan terhadap serangan Jepang juga tak terlepas dari adanya penguasaan medan yang baik. Mereka yang sehari-hari hidup di pedalaman hutan dan sudah mengetahui setiap jengkal medan di dalam hutan, menjadi keuntungan tersendiri karena punya lokasi-lokasi yang sangat strategis untuk melakukan penyerangan. (ersuwa)

Tonton Juga :  Kisah Langit Penuh Warna yang Berujung Tragis: Di Balik Kemeriahan Balloonfest 1986
zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: