JAKARTA | Priangan.com – Pembentukan kembali identitas Korps Marinir pada 15 November 1975 menjadi salah satu catatan penting dalam perjalanan sejarah TNI Angkatan Laut. Pada masa itu, pemerintah tengah menjalankan konsolidasi besar di tubuh ABRI untuk menata kembali organisasi agar lebih efektif menghadapi situasi keamanan dalam negeri maupun dinamika kawasan. Di tengah proses tersebut, Korps Komando Angkatan Laut, yang selama bertahun-tahun menjadi tulang punggung operasi amfibi Indonesia, ditetapkan kembali menggunakan nama Korps Marinir.
Keputusan perubahan nomenklatur itu dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Skep/1831/XI/1975. Penetapan ini dilakukan setelah melalui evaluasi panjang mengenai struktur pembinaan kekuatan di lingkungan TNI AL. Pemerintah memandang perlunya identitas kesatuan yang lebih konsisten dengan sejarah pembentukannya, sekaligus memperkuat citra satuan yang sejak 1945 telah berperan dalam berbagai operasi penting di Indonesia.
Korps Komando Angkatan Laut sendiri tidak lepas dari dinamika organisasi selama dua dekade sebelumnya. Kesatuan ini pernah menjadi bagian dalam operasi pembebasan Irian Barat melalui Trikora serta keterlibatan dalam Dwikora pada masa konfrontasi dengan Malaysia. Namun perubahan politik nasional pada pertengahan 1960-an ikut memengaruhi arah pembinaan KKO AL. Penyesuaian struktur dilakukan untuk menempatkan satuan amfibi ini dalam kerangka pertahanan yang lebih terorganisasi.
Pengembalian nama menjadi Korps Marinir dipandang sebagai langkah untuk mengembalikan kesinambungan sejarah sekaligus mempertegas peran satuan ini sebagai kekuatan pendarat amfibi. Dengan keputusan tersebut, seluruh jajaran KKO AL di berbagai wilayah resmi mengadopsi penamaan baru ini dan melanjutkan tugas mereka di bawah struktur organisasi TNI AL yang sudah disesuaikan.
Satu tahun setelah penetapan itu, pada 20 Oktober 1976, dilakukan penyesuaian pada lambang kesatuan. Pita baret yang sebelumnya bertuliskan “Korps Komando” diubah menjadi “Korps Marinir,” lengkap dengan penambahan simbol jangkar sebagai penegas identitas angkatan laut. Penetapan lambang baru tersebut menjadi bagian dari proses konsolidasi yang berlangsung bertahap untuk memantapkan kembali karakter dan identitas resmi kesatuan.
Perubahan pada 1975 itu menjadi titik penting yang menegaskan kembali keberadaan Korps Marinir sebagai kekuatan strategis TNI AL. Sampai kini, satuan tersebut tetap menjadi komponen utama dalam operasi pendaratan amfibi dan berbagai tugas pertahanan laut, melanjutkan tradisi panjang yang telah dibangun sejak awal kemerdekaan. (wrd)

















