JAKARTA | Priangan.com – Radius Prawiro, seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya dikenang sebagai ekonom dan politisi, tetapi juga sebagai pejuang yang berkontribusi besar pada perjuangan kemerdekaan bangsa. Lahir di Yogyakarta pada 19 Juni 1928, Radius tumbuh di tengah keluarga yang menghargai pendidikan dan agama. Ayahnya, Suradi Prawiro, adalah seorang guru yang terkemuka, dan Radius dibesarkan dengan nilai-nilai Kristen yang kuat, yang mempengaruhi perjalanan hidupnya, baik dalam bidang intelektual maupun dalam pengabdian kepada negara.
Pada masa penjajahan Belanda, saat Indonesia sedang berjuang merebut kemerdekaannya, Radius yang masih muda tergerak untuk ikut serta dalam perjuangan. Meskipun masih berstatus pelajar SMA, semangat nasionalismenya tak terbendung. Ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan ditempatkan di bagian sandi, mengelola komunikasi antar pasukan yang tersebar di berbagai front pertempuran. Keberaniannya dalam menentang penjajahan Belanda tidak berhenti di situ. Ia turut serta dalam Pergerakan Pemuda Kristen Indonesia (PPKI), memimpin cabang di Solo, dan memainkan peran penting dalam membangkitkan semangat perlawanan di kalangan pemuda.
Sebagai anggota Tentara Pelajar, Radius terlibat dalam berbagai aksi perlawanan yang menggugah perhatian musuh. Salah satu aksi heroiknya adalah peledakan pabrik cerutu yang menyebabkan ia diburu oleh Belanda. Di balik semua ini, Radius juga memiliki kemampuan luar biasa dalam mengelola sumber daya, terbukti dengan keberhasilannya memobilisasi pelajar untuk mendukung perjuangan melalui manajemen keuangan yang efisien.
Perjalanan hidup Radius tidak hanya berfokus pada peran militernya. Setelah proklamasi kemerdekaan, ia melanjutkan pendidikan dan mengambil langkah strategis dalam dunia ekonomi. Pada masa Orde Baru, Radius menapaki karier politik dan birokrasi yang mengantarkannya pada jabatan-jabatan penting, termasuk Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan, Industri, dan Pengawasan Pembangunan di Kabinet Pembangunan IV.
Bersama dengan kebijakan-kebijakan ekonomi yang ia keluarkan, Radius berperan penting dalam merancang strategi ekonomi Indonesia. Di antaranya adalah stabilisasi moneter, pengembangan kredit usaha pedesaan, serta reformasi perpajakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Ia juga dikenal karena peranannya dalam rehabilitasi sektor perdagangan dan kooperasi yang berorientasi pada pasar internasional.
Namun, tak hanya prestasi di bidang ekonomi yang membuat Radius Prawiro dikenang, tetapi juga dedikasinya yang tinggi dalam dunia pendidikan dan organisasi. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi pemuda Kristen yang semakin memperlihatkan komitmennya untuk memajukan Indonesia melalui pendidikan.
Radius mendapat banyak penghargaan atas dedikasinya, baik di dalam negeri maupun internasional. Beberapa di antaranya adalah Bintang Gerilya (1992), Bintang Republik Indonesia Utama (1998), dan penghargaan internasional seperti Doctor Honoris Causa dari The National University of Singapore (1993) dan The Grand Cordon of the Order of the Sacred Treasure dari Kaisar Jepang (1994).
Meskipun sudah melampaui masa-masa penuh tantangan, perjalanan hidup Radius Prawiro tidak berakhir tanpa kesulitan. Pada 2005, kondisi kesehatannya menurun karena penyakit jantung. Ia meninggal dunia pada 26 Mei 2005 di Jerman dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, pada 31 Mei 2005.
Dengan segala perjalanan hidup yang penuh semangat, pengorbanan, dan kontribusi besar terhadap Indonesia, Radius Prawiro menjadi simbol dari perjuangan yang tak kenal lelah untuk negara dan bangsa. Dalam ingatan kolektif bangsa, ia akan terus dikenang sebagai sosok yang menyatukan semangat kemerdekaan, integritas dalam dunia ekonomi, serta dedikasi terhadap kemajuan bangsa. (mth)