JAKARTA | Priangan.com – Ini adalah Gramofone. Boleh dibilang, perangkat yang satu ini merupakan nenek moyang dari pemutar audio modern yang banyak digunakan saat ini. Sejarahnya dimulai dari pencarian teknologi yang mampu merekam dan memutar ulang suara dengan lebih baik.
Thomas Alva Edison adalah sosok yang pertama kali memperkenalkan konsep ini lewat fonograf pada tahun 1877. Namun, teknologi tersebut masih memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam kualitas suara dan daya tahan rekaman yang hanya bisa digunakan sekali.
Perbaikan kemudian dilakukan oleh Alexander Graham Bell dengan menciptakan grafofon, yang menggunakan silinder lilin sehingga dapat digunakan berkali-kali.
Namun, sistem ini masih kurang efisien karena setiap silinder harus direkam satu per satu, sehingga membuat proses produksi dalam jumlah besar menjadi sulit. Dari sinilah muncul kebutuhan akan teknologi baru yang lebih praktis dan memungkinkan distribusi musik secara luas.
Emile Berliner adalah orang yang mengubah arah perkembangan teknologi ini dengan menciptakan gramofon. Tidak lagi menggunakan silinder, ia beralih ke piringan datar sebagai media rekamannya. Penemuannya ini dipatenkan pada 8 November 1887.
Pada awalnya, piringan yang digunakan terbuat dari kaca, kemudian berkembang menjadi bahan seng, hingga akhirnya berbahan plastik yang lebih tahan lama dan mudah diproduksi secara massal.
Teknik perekaman yang diterapkan pada gramofon menggunakan pengukiran alur spiral berisi informasi suara pada piringan datar. Saat diputar, jarum pada lengan pemutar akan membaca alur tersebut dan mengubahnya menjadi getaran yang kemudian diperkuat menjadi suara.
Dengan metode ini, produksi musik secara massal bisa dilakukan dengan lebih ce[at. Proses reproduksinya dilakukan dengan mencetak banyak salinan dari rekaman master yang telah dibuat sebelumnya.
Rekaman pertama yang dihasilkan dengan teknologi gramofon terjadi pada tahun 1885, sebelum akhirnya dipasarkan secara komersial pada 1887. Salah satu rekaman berisi pembacaan baris pertama dari karya Shakespeare, Hamlet, sementara rekaman lainnya merupakan deskripsi teknis perangkat yang dibacakan dari pabrik di New Hampshire.
Nama gramofon sendiri berasal dari perusahaan yang didirikan Emile Berliner, “The Gramophone Company,” yang berbasis di Inggris. Perangkat ini pada awalnya masih sering disebut fonograf hingga awal abad ke-20, terutama di Amerika Serikat. Namun, sejak tahun 1940, Inggris mulai menggunakan istilah gramofon untuk membedakannya dari istilah yang lebih umum digunakan di Amerika.
Seiring waktu, industri musik terus berkembang. Pada 1950, piringan berbahan vinyl mulai diperkenalkan dan segera menjadi standar baru dalam industri rekaman. Gramofon tetap bertahan hingga akhir 1980-an sebelum akhirnya media digital mulai menggantikannya. Meski begitu, hingga kini, gramofon masih memiliki tempat tersendiri di hati para pencinta musik klasik dan kolektor rekaman lawas. (Ersuwa)