BUDAPEST | Priangan.com – Sulit membayangkan hidup tanpa ponsel di zaman sekarang. Dengan satu genggaman, kita bisa membaca berita terbaru, mengecek prakiraan cuaca, atau menonton pertunjukan langsung dari mana saja. Namun, tak banyak yang tahu bahwa lebih dari seratus tahun lalu, jauh sebelum ponsel pintar atau bahkan radio menjadi barang umum, orang-orang sudah mencicipi layanan berita dan hiburan yang dikirim langsung ke rumah mereka melalui telepon.
Di penghujung abad ke-19, telepon masih tergolong barang mewah yang hanya dimiliki segelintir orang. Belum ada teknologi siaran suara seperti radio, dan transmisi sinyal masih terbatas pada bentuk-bentuk sederhana seperti kode Morse. Tapi justru di masa inilah muncul inovasi yang cukup mengejutkan untuk zamannya, yaitu surat kabar berbasis telepon.
Lewat layanan ini, pelanggan dapat mendengarkan berita, cerita pendek, hingga pertunjukan teater langsung hanya dengan mengangkat gagang telepon.
Paris menjadi pelopor dengan memperkenalkan Théâtrophone pada tahun 1890. Layanan ini memberi kesempatan kepada pelanggan untuk mendengarkan pertunjukan opera dari kenyamanan hotel, klub, atau rumah mereka. Ini bukan sekadar rekaman, melainkan siaran langsung yang disalurkan melalui kabel telepon.
Akar dari teknologi ini bahkan bisa ditelusuri lebih awal lagi ke Pameran Listrik Paris 1881, ketika penemu Prancis Clément Ader menempatkan puluhan pemancar suara di panggung Comédie-Française. Hasilnya mengesankan, suara pertunjukan bisa didengar di lokasi pameran yang berjarak dua kilometer, dalam format stereo. Sistem ini bahkan menarik perhatian Raja Luís I dari Portugal, yang kemudian memasang perangkat serupa di istananya.
Mereka yang ingin menikmati Théâtrophone cukup menyisipkan koin ke dalam alat pendengar yang dipasang di tempat umum. Lima menit siaran bisa dinikmati dengan harga 50 sen. Bagi pelanggan tetap, tersedia paket berlangganan dengan tarif lebih ringan.
Pada tahun 1893, jumlah pengguna layanan ini telah mencapai lebih dari seribu orang. Namun bintang sejati dari era surat kabar telepon datang dari Budapest, dengan nama ‘Telefon Hírmondó’ yang berarti ‘Pembawa Berita Telepon’.
Diluncurkan pada tahun 1893, layanan ini bertahan selama lebih dari lima dekade hingga Perang Dunia II memaksanya berhenti.
Awalnya, siaran berita dikirim lewat jaringan telepon milik perusahaan lokal. Namun seiring waktu dan meningkatnya permintaan, Telefon Hírmondó membangun jaringan sendiri dan mulai menayangkan berita serta hiburan selama dua belas jam sehari.
Rutinitas siarannya dimulai pukul 9.30 pagi dengan berita utama dan ringkasan artikel surat kabar. Siang harinya diisi dengan konten ringan, seperti cerita menghibur, laporan olahraga, serta pembaruan informasi. Malam hari ditutup dengan sajian pembacaan puisi, musik klasik, pertunjukan drama, hingga pelajaran bahasa.
Tak hanya isi program yang terstruktur dengan baik, cara kerja redaksinya pun menyerupai surat kabar cetak. Ada editor, reporter lapangan, dan penyunting yang bertugas merangkum informasi agar padat dan mudah dipahami. Para pembaca berita atau stentor harus memiliki suara yang nyaring karena teknologi pengeras suara belum memadai.
Pada puncak kejayaannya di tahun 1907, Telefon Hírmondó melayani lebih dari 15.000 pelanggan dan mempekerjakan lebih dari 200 orang. Salah satu kekuatannya terletak pada kecepatan distribusi berita. Ketika surat kabar konvensional hanya terbit sekali sehari, Telefon Hírmondó bisa menambahkan siaran kapan pun, sesuai perkembangan terbaru. Layanan ini juga sangat membantu bagi mereka yang kesulitan membaca atau tidak sempat mengikuti berita cetak.
Kesuksesan Telefon Hírmondó menjadi inspirasi di berbagai belahan dunia. Layanan serupa mulai bermunculan, seperti Electrophone di London, Tellevent di Detroit, Araldo Telefonico di Italia, serta Telephone Herald di Newark dan Portland. Tapi tak satu pun yang mampu menandingi usia dan pengaruh Telefon Hírmondó, yang akhirnya terhenti akibat hancurnya infrastruktur selama Perang Dunia II.
Ironisnya, sang pencipta layanan ini, Tivadar Puskás, tidak sempat menyaksikan kesuksesan buah pikirannya. Tokoh penting dalam sejarah telepon ini meninggal mendadak akibat serangan jantung, hanya sebulan setelah Telefon Hírmondó mulai mengudara, dan sebelum surat izin operasionalnya resmi dikeluarkan pemerintah.
Meski kini telah tenggelam dalam bayang-bayang teknologi modern, kisah surat kabar telepon menjadi pengingat bahwa semangat manusia untuk mencari cara menyebarkan informasi tidak pernah surut. Bahkan di masa ketika suara masih menyusuri kabel dan belum menjelma jadi gelombang udara, ide untuk menyampaikan berita langsung ke ruang keluarga sudah hadir lebih dahulu bak menanti waktu dan teknologi untuk membawanya lebih jauh. (LSA)