Historia

Saigo Takamori, Samurai Terakhir Jepang yang Berakhir Bunuh Diri

Saigo Takamori. | Wikimedia Commons

TOKYO | Priangan.com – Inilah sosok Saigo Takamori. Dia adalah samurai terakhir Jepang. Lahir pada 23 Januari 1828 di Kagoshima, wilayah Satsuma, Saigo merupakan anak dari keluarga samurai. Tak ayal, kalau sejak kecil ia sudah ditanamkan nilai-nilai tentang kehormatan dan harga diri yang begitu kuat.

Beranjak di usia muda, Saigo sudah terlibat dalam birokrasi. Kala itu, ia pernah menjadi penasihat pertanian. Kehidupan pribadinya tidaklah mudah. Setelah menikah dengan Ijuin Suga pada tahun 1852, kedua orang tuanya meninggal, meninggalkan Saigo sebagai kepala keluarga yang harus menafkahi 12 anggota keluarganya. Meski penghasilannya kecil, Saigo menjalani tanggung jawab itu dengan penuh dedikasi.

Karir politik Saigo dimulai saat dia menjadi pelayan daimyo Shimazu Nariakira, seorang pemimpin yang pada saat itu punya cita-cita untuk memperkuat kekuasaan kaisar dan mengurangi dominasi shogun. Saigo menjadi penasihat terdekat Nariakira, namun kematian mendadak sang daimyo pada tahun 1858 menjadi pukulan berat baginya. Tradisi samurai mengharuskannya melakukan bunuh diri untuk mengikuti tuannya, namun seorang biksu bernama Gessho meyakinkannya untuk tetap hidup dan melanjutkan perjuangan politik.

Sejak saat itu, kehidupan Saigo penuh lika-liku. Dia pernah diasingkan ke pulau Amami Oshima setelah membantu Gessho melarikan diri dari kejaran shogun. Di sana, Saigo hidup dengan nama samaran dan menikahi seorang wanita lokal, lalu menjalani kehidupan yang tenang sebagai guru dan ayah. Namun, nasib memanggilnya kembali ke Satsuma pada tahun 1862, di mana dia kembali terlibat dalam pergolakan politik.

Saigo berperan besar dalam Restorasi Meiji. Ini adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memulihkan kekuasaan kaisar dan mengakhiri pemerintahan shogun. Dia memimpin pasukan Satsuma dalam Perang Boshin. Hasil peperangan itu, Saigo berhasil mengalahkan sang shogun. Era modern Jepang pun dimulai.

Tonton Juga :  Saya Alimin, Tokoh PKI yang Menyandang Gelar Pahlawan Nasional

Namun, meski menjadi pahlawan Restorasi Meiji, Saigo merasa tidak nyaman dengan perubahan drastis yang terjadi, terutama penghapusan hak-hak istimewa samurai. Ketidakpuasan itu memuncak pada tahun 1877. Ya, puncaknya adalah Pemberontakan Satsuma. Saigo yang mulanya enggan terlibat, akhirnya memimpin pemberontakan ini sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan kelas samurai.

Pemberontakan berakhir dengan kekalahan di Pertempuran Shiroyama. Merasa posisinya sudah terhimpit, ia pun memutuskan untuk melakukan seppuku, sebuah ritual bunuh diri yang biasa dilakukan oleh samurai untuk mempertahankan kehormatannya. Sejak itulah, ia dikenang sebagai samurai terakhir yang dimiliki Jepang. Ketika Saigo tewas, tak ada samurai lain yang hidup di negeri matahari terbit itu. (Ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: