JAKARTA | Priangan.com – Sosok Sukarni Kartodiwirjo merupakan salah satu tokoh yang seringkali disebut dalam berbagai kisah sejarah tentang kemerdekaan republik Indonesia. Ia adalah satu dari sekian banyaknya tokoh kalangan muda yang menculik Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok tepat sehari sebelum pembacaan Proklamasi.
Bukan tanpa alasan, penculikan itu dilakukan lantaran pada saat itu kalangan muda khawatir Soekarno dan Hatta mendapat pengaruh dari Jepang. Mereka pun mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemederkaan Indonesia pada malam itu juga, tepat ktika mereka menculik dua tokoh besar tersebut.
Lantas, seperti apa sosok dalang di balik penculikan Soekarno-Hatta ini?
Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 14 Juli 1916, Sukarni dikenal sebagai sosok yang gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sejak dulu ia sangat membenci Belanda. Ia bahkan diceritakan sering bertengkar dengan orang-orang Belanda muda saking bencinya kepada mereka. Bersama para pemuda lain seperti Wikana dan Chaerul Saleh, sosok Sukarno jadi bagian dari kelompok yang dikenal dengan Golongan Muda.
Tepat pada tahun 1945, situasi politik di Indonesia kala itu tengah berada di ambang kemerdekaan. Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II membuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Namun, di tengah suasana genting ini, terjadi perbedaan pandangan antara golongan tua yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, dengan golongan muda yang merasa bahwa proklamasi harus segera dilaksanakan tanpa menunggu restu pihak Jepang.
Mereka merasa kalau momen untuk memproklamasikan kemerdekaan harus segera dimanfaatkan sebelum kesempatan itu hilang. Atas dasar inilah, Sukarni dan kawan-kawan menculik Soekarno dan Hatta dengan niatan menjauhkannya dari pengaruh Jepang dan memaksanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa ada penundaan lagi.
Aksi penculika itu dilakukan pada 16 Agustus 1945. Dengandukungan dari komandan PETA yang ada di kawasan Jakarta dan Purwakarta, Sukarni Cs membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Daerah itu dipilih karena telah dikuasai PETA di bawah komando Purwakarta, sehingga terbebas dari adanya indikasi pengaruh Jepang.
Di tempat ini, para pemuda kemudian mendesak agar kedua tokoh besar itu segear mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Namun sayang, pada saat itu, Soekarno dan Hatta menolak desakan itu dan tetap pada pendirian mereka untuk tidak terburu-buru mengambil tindakan dengan cara memproklamasikan kemerdekaan di hari itu juga.
Tak hanya peristiwa Rengasdengklok. Pasca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Sukarni juga memberikan kontribusi untuk mengonsolidasikan kekuatan Indonesia yang baru saja meraih kemerdekaannya.
Ia tercatat menjadi salah satu pelopor dalam mengambil alih beragam aset penting yang sebelumnya dikuasai oleh kolonial. Misalnya seperti Jawatan Kereta Api dan stasiun radio. Hal itu kemudian ia manfaatkan sebagai media yang digunakan untuk menyebarkan kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia.
Berkat sederet tindakppp0ppan yang dilakukannya dalam mewujudkan sekaligus berupaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia itu, pada tahun 2014 lalu Presiden mengangkat sosoknya sebagai salah satu pahlawan nasional. (ldy)