JAKARTA | Priangan.com – Sebelum Belanda mengukir namanya sebagai penjajah yang paling dikenal di Indonesia, bangsa Portugis sudah lebih dulu menginjakkan kaki di bumi Nusantara. Dalam sejarah penjajahan Indonesia, Portugis memainkan peran penting sebagai penjajah pertama dari Eropa, jauh sebelum Spanyol, Belanda, Inggris, atau Jepang datang menguasai.
Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia tak lepas dari alasan ekonomi. Pada abad ke-15, setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada 1453, jalur perdagangan utama antara Eropa dan Asia Barat terputus.
Situasi ini mendorong bangsa Eropa, termasuk Portugis, untuk mencari rute baru dan daerah penghasil rempah-rempah di Asia Tenggara. Mereka memulai penjelajahan samudra dan akhirnya menemukan Indonesia yang kaya akan rempah-rempah, seperti cengkeh, lada, dan pala, yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa.
Pada tahun 1509, bangsa Portugis tiba di wilayah Gowa, Sulawesi Selatan, dan segera mendirikan kantor dagang di sana. Dua tahun kemudian, di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque, mereka berhasil menguasai Malaka yang strategis. Seiring perjalanan waktu, pada tahun 1512, Portugis pun mencapai Maluku, yang saat itu dikenal sebagai “Kepulauan Rempah”. Di sana, mereka diterima dengan baik oleh Sultan Ternate, yang tengah berseteru dengan Sultan Tidore.
Kedatangan Portugis di Maluku bukan hanya untuk perdagangan, tetapi juga untuk memperluas pengaruh mereka. Mereka mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut dan mendirikan benteng-benteng sebagai simbol kekuasaan mereka.
Salah satu titik penting dalam ekspansi Portugis adalah ketika mereka mendirikan benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta) pada 1522, setelah mendapatkan izin dari Kerajaan Pajajaran. Mereka menjanjikan bantuan senjata kepada Pajajaran untuk ekspansi ke Demak, yang pada akhirnya menghasilkan perjanjian penting: Perjanjian Sunda Kelapa.
Selain kepentingan ekonomi, Portugis juga membawa misi penyebaran agama Kristen Katolik ke Indonesia. Tokoh yang terkenal dalam misi ini adalah Franciscus Xaverius, seorang misionaris Katolik asal Portugis. Melalui kegiatan keagamaan, Portugis berusaha mengukuhkan kekuasaan mereka di wilayah yang mereka kuasai, sekaligus menyebarkan ajaran agama Kristen kepada penduduk lokal.
Meski kedatangan Portugis disambut baik oleh beberapa kerajaan, namun tidak sedikit juga kerajaan-kerajaan di Indonesia yang menentang kehadiran mereka. Salah satu perlawanan besar terjadi di Aceh. Pada 1523, Portugis melancarkan serangan ke Kesultanan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Alaidin. Namun, serangan tersebut gagal berulang kali karena Aceh memperoleh dukungan senjata dari Turki, Calicut, dan Jepara.
Di Maluku, perjuangan melawan Portugis dipimpin oleh Sultan Khairun dari Ternate. Selama pemerintahan Sultan Khairun, Portugis berusaha mengkhianati Ternate dan akhirnya menangkap Sultan Khairun.
Namun, perjuangan belum berakhir. Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah, Ternate dan Tidore bersatu untuk melawan Portugis dalam serangan besar-besaran yang berlangsung selama lima tahun. Akhirnya, pada tahun 1575, Portugis terpaksa meninggalkan Maluku setelah kalah dalam pertempuran, dan hak monopoli perdagangan rempah-rempah mereka pun dihentikan.
Kedatangan Portugis membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam bidang ekonomi, peningkatan perdagangan rempah-rempah menjadi salah satu hasil utama. Selain itu, Portugis memperkenalkan berbagai teknologi pelayaran, alat-alat perdagangan, dan bahkan senjata baru yang digunakan oleh kerajaan-kerajaan lokal.
Namun, pengaruh Portugis tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi. Keberadaan mereka juga memberikan dampak dalam hal budaya dan agama. Bahasa Portugis sempat menjadi bahasa pengantar di pelabuhan-pelabuhan Nusantara, dan hingga akhir abad ke-19, bahasa ini masih digunakan di Batavia (sekarang Jakarta) lebih banyak dibandingkan bahasa Inggris. Budaya Portugis, terutama dalam hal pakaian, juga menyebar di kalangan masyarakat Maluku dan Ambon.
Selain itu, penjajahan Portugis di Indonesia juga menjadi titik awal bagi kolonialisasi Eropa yang lebih luas. Meskipun akhirnya Portugis kalah dan meninggalkan Indonesia, jejak mereka tetap ada dalam sejarah, baik dalam aspek budaya maupun dalam perlawanan yang muncul terhadap dominasi asing di tanah Nusantara.
Dengan demikian, meskipun Belanda lebih dikenal sebagai penjajah utama Indonesia, bangsa Portugis adalah yang pertama membuka jalan bagi kedatangan penjajah Eropa. Keberadaan mereka mengubah lanskap Indonesia, baik dari segi ekonomi, agama, hingga budaya, yang kemudian turut mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa ini. (mth)