TASIKMALAYA | Priangan.com – Di tengah gencarnya kampanye pendidikan bermutu, ribuan pelajar sekolah dasar di Kabupaten Tasikmalaya justru belajar dengan rasa waswas. Bukan karena ujian, melainkan karena atap ruang kelas tempat mereka menuntut ilmu nyaris roboh.
Dari hasil pendataan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tasikmalaya, lebih dari 6.000 ruang kelas SD di daerah itu kini mengalami kerusakan, mulai dari ringan hingga parah. Kondisi terburuk menimpa sekitar 1.613 ruang kelas yang masuk kategori rusak berat—sebagian di antaranya sudah tidak layak digunakan.
“Kalau dihitung kebutuhan anggarannya, untuk perbaikan ruang kelas yang rusak sedang hingga berat bisa mencapai lebih dari Rp922 miliar. Itu dengan asumsi rata-rata Rp200 juta per ruang,” ujar Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Bidang SD Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Qika Prakawa, Senin (13/10/2025).
Selain itu, terdapat sekitar 3.000 ruang rusak sedang dan lebih dari 2.000 ruang rusak ringan. Jumlah tersebut tersebar di 1.062 sekolah dasar negeri dan swasta di seluruh wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut Qika, kondisi ini tidak hanya menghambat proses belajar mengajar, tetapi juga membahayakan keselamatan siswa dan guru. “Ada sekolah yang sudah menumpang di bangunan lain, ada pula yang tetap memaksakan diri belajar di kelas yang sebagian atapnya bolong,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang SD Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Ahmad Solihin, menyebut pihaknya terus melakukan pendataan menyeluruh. Namun, ia tak menampik bahwa keterbatasan anggaran menjadi penghambat utama dalam upaya perbaikan massal.
“Untuk tahun 2026, kami belum punya kepastian berapa anggaran yang bisa dialokasikan. Semua masih bergantung pada dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) dari pusat dan provinsi,” kata Ahmad.
Ia menambahkan, pemerintah daerah hanya bisa mengoptimalkan setiap peluang bantuan yang ada. “Kami akan manfaatkan setiap celah anggaran, dari pusat maupun provinsi. Tapi untuk saat ini, semua masih tahap menunggu. Pola DAK juga belum pasti apakah Kabupaten Tasikmalaya masih dapat jatah atau tidak,” jelasnya.
Tahun ini, Pemkab Tasikmalaya sebenarnya sudah melakukan revitalisasi terhadap 53 SD dengan total anggaran sekitar Rp45,7 miliar. Namun, angka itu masih jauh dari kebutuhan sebenarnya.
“Perbaikan puluhan sekolah itu ibarat setetes air di lautan. Masih banyak ruang kelas lain yang menunggu disentuh,” tutur Ahmad lirih.
Di sisi lain, sejumlah guru dan orang tua murid berharap pemerintah segera turun tangan. Mereka khawatir tragedi robohnya sekolah di daerah lain bisa terulang di Tasikmalaya jika perbaikan tak segera dilakukan. (yna)

















