MOSKOW | Priangan.com – Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengirimkan surat kepada pemimpin Suriah yang baru, Ahmed al-Sharaa, pada 20 Maret 2025, untuk menyatakan dukungannya terhadap pemulihan stabilitas di negara yang tengah dilanda konflik tersebut.
Suriah kini berada dalam cengkeraman konflik yang semakin intens sejak awal Maret. Kelompok pemberontak yang terdiri dari minoritas Muslim Alawite mengancam stabilitas nasional dengan serangan-serangan yang mengguncang berbagai wilayah. Kelompok ini sebelumnya dianggap sebagai pendukung pemerintahan Presiden Bashar Assad yang digulingkan. Di mata Barat, kelompok Alawite sering dipandang sebagai sekutu terdekat Assad.
Kelompok pemberontak Alawite berhasil merebut sejumlah wilayah strategis, termasuk Provinsi Latakia dan Tartus. Namun, mereka dianggap sebagai murtadin oleh kelompok Islam garis keras yang berusaha menghapuskan pengaruh mereka. Situasi ini semakin memperburuk ketegangan yang ada.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Bashar Assad telah runtuh setelah pasukan militer yang tidak terduga melancarkan serangan kilat pada akhir 2024, menguasai Damaskus dalam waktu singkat. Serangan tersebut tidak hanya menggulingkan Assad dan menghancurkan struktur militer negara. Kini, pasukan keamanan baru telah mengambil alih kekuasaan.
Krisis yang tengah berlangsung membuat situasi makin genting. Pemerintahan Suriah yang baru memutuskan untuk menarik pasukan dari daerah-daerah yang terdampak konflik dan mulai menargetkan loyalis pemerintahan sebelumnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyampaikan kalau Putin telah mengirimkan pesan dukungan kepada pemerintah Suriah yang baru. Rusia, kata Peskov, berkomitmen untuk membantu Suriah dalam mengatasi krisis ini dan memperkuat kerja sama bilateral dengan Damaskus. (Zia)