TASIKMALAYA | Priangan.com – Sejatinya, ruh demokrasi adalah oleh, dari, dan untuk rakyat. Tapi faktanya tidak demikian. Dalam banyak kasus di Indonesia, demokrasi dimonopoli oligarki. Segelintir elite menguasai banyak aset, termasuk mengendalikan gerak para politikus yang punya seribu wajah. Di muka mengaku wakil rakyat, padahal nyatanya cuma pion kapitalis. Dalam setiap gelaran pemilu, politik uang menjelma jadi satu-satunya instrumen jitu untuk meraih “kemenangan”. Masyarakat ditarik ke arena transaksional tanpa mempedulikan benar salah atau baik buruk. Naskah: AI | Editor: Adtm
Oligarki Kebiri Demokrasi: Bongkar Praktik Politik Uang dalam “Tusuk Sate”
Maret 15, 2024
1 Min Read
-
Share This!
You may also like
- Gubernur Tak Hadir, Fagar Tetap Suarakan Nasib 6.500 Honorer Garut
- Harum Nama Kapitan Pattimura, Sang Pejuang dan Simbol Perlawanan Rakyat Maluku
- Warna-warni Gang Cempakawarna Kota Tasik, Jadi Cantik Setelah Dicap Kawasan Kumuh
- Abdul Wahid Azad; Pahlawan Kemerdekaan yang Dilupakan
- Baznas Garut Salurkan Rp30 Juta untuk Guru Honorer: Zakat dari PPPK, Kembali untuk Sesama
- Sukarni, Aktor di Balik Penculikan Soekarno
- Abdul Wahid Azad; Penyebar Kabar Proklamasi Kemerdekaan RI di Tasikmalaya
- Penetapan Bupati Tasikmalaya Terpilih Hasil PSU Terganjal Proses di MK
- Geng Kapak Merah, Kelompok Kriminal yang Pernah Menghantui Jakarta di Era 2000-an
- Kang Dedi Mulyadi Berencana Datang ke Garut, PKL di Jalan Merdeka Tutup Lebih Pagi