Historia

Nurnaningsih; Marilyn Monroe Indonesia yang Pernah Guncang Dunia Hiburan

Potret Nurnaningsih | Net

JAKARTA | Priangan.com – Siapa tak kenal dengan sosok Marilyn Monroe. Ya ia adalah ikon kecantikan dan sensualitas yang mewarnai layar lebar Hollywood di era tahun 1950-an. Tak hanya di Amerika, Marilyn Monroe telah menjadi simbol glamor dan pesona bagi banyak orang di seluruh penjuru dunia.

Siapa sangka, ternyata Indonesia juga pernah punya sosok Marilyn Monroenya sendiri. Adalah Nurnaningsih, aktris yang terkenal kontroversial yang pernah menghiasi dunia film Tanah Air dengan perjalanan karier yang penuh liku.

Lahir di Wonokromo, Surabaya, pada 5 Desember 1928, Nurna, sapaan akrabnya, merupakan anak dari keluarga berdarah biru. Ayahnya keturunan Raja Yogyakarta, sedangkan ibunya berasal dari garis keturunan Raja Surakarta.

Sejak kecil, ia sudah punya cita-cita untuk menjadi seorang aktris papan atas. Namun mimpinya itu harus kandas ketika sang ayah memaksanya untuk menikah. Nurna pun awalnya memilih untuk menurutin keputusan ayahnya. Namun, pernikahan itu tak bertahan lama. Lantaran hasratnya untuk menjaidi seorang bintang film terus menggebu-gebu, ia pun akhirnya cerai saat usia pernikahannya menginjak usia 2 bulan.

Miss Roekiyah adalah aktris legendaris yang membintangi berbagai film pada masa itu.  sosok inilah yang menginspirasi Nurna menjadi bintang film. Demi mengejar hasratnya itu, ia pun kemudian memberanikan diri merantau ke Jakarta.

Alih-alih menemui jalan yang mulus, karier Nurna di dunia hiburan justru harus berliku. Usianya yang telah menginjak angka 25 dinilai terlalu tua untuk meniti karier sebagai seorang aktris wanita. Pada saat itu, Nurna banyak dicemooh orang-orang, tapi hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk mengejar apa yang ia cita-citakan sejak lama.

Di Jakarta, ia tinggal di sebuah gubuk pinggiran kali Ciliwung. Selain menekuni seni peran, pada saat itu ia juga mulai mendalami vokal. Usahanya ini mulai membuahkan hasil ketika Nurna akhirnya terpilih menjadi pemeran utama dalam film garapan Usmar Ismail berjudul Krisis, yang dirilis pada tahun 1953.

Tonton Juga :  Tragedi Ninja Banyuwangi; Pembantaian Mencekam yang Pernah Mengguncang Jawa Timur

Meski hanya dibayar Rp180, peran tersebut membuat namanya mulai dikenal di dunia perfilman. Buktinya, berbagai sutradara mulai menawarinya peran, salah satunya Jayakusuma. Nurna, pada saat itu, ditawari untuk main dalam film Harimau Campa dan beradu akting dengan Bambang Hermanto, sosok aktor yang namanya sudah melejit di tanah air.

Berbagai film yang dibintangi Nurna laku keras. Film Harimau Cama bahkan berhasil mendapat penghargaan dalam Asian Festival. Sayangnya, di balik keberhasilan film tersebut, kontroversi mulai mengiringi perjalanan karier Nurna.

Ada salah satu adegan dalam film itu yang menampilkan Nurna dengan busana yang dianggap terlalu berani. Ia memperlihatkan sebagian tubuhnya secara vulgar. Adegan ini pun memicu reaksi keras dari media dan masyarakat.

Nurna mengaku, itu ia lakukan sebagai bagian dari eksplorasi seni. Di sinilah awal mula Nurnaningsih mendapatkan julukan sebagai “bom seks” Indonesia, dan namanya mulai disejajarkan dengan Marilyn Monroe.

Merasa tidak terlalu berpengaruh terhadap kariernya, justru malah semakin “melambungkan” namanya, Nurna kemudian tak terlalu memikirkan berbagai sebutan yang dilekatkan padanya. Ia pun tetap melakukan hal-hal semacam itu, bahkan tak hanya dalam film. Nurna, dikabarkan juga kerap menampilkan kemolekan tubuhnya lewat foto.

Foto-foto itu pun sengaja disebarluaskan. Tercatat, foto vulgar Nurna tersebar hingga ke Amerika dan Italia dan dijual sampai Rp300 perlembarnya. Lagi-lagi hal ini pun mengundang kontroversi yang jauh lebih besar. Kepopuleran foto vulgar Nurna itu, sampai harus memaksa pihak kepolisian untuk turun tangan.

Menariknya, alih-alih merasa bersalah dan meminta maaf, Nurna malah menyebut kalau foto-foto itu memang diambil atas inisiatifnya sendiri. Ia mengatakan bahwa pemotretan itu dilakukan sebagai bahan studi para pelukis telanjang, dan ia tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan foto-foto tersebut. Mendengar pernyataan itu, banyak masyarakat yang mulai memboikotnya.

Tonton Juga :  Penjara Banceuy, Saksi Bisu Lahirnya Pleidoi Indonesia Menggugat

Seperti yang terjadi saat ia berkunjung ke Medan. Meski ketika turun dari pesawat ada banyak orang yang datang dan mengaku sebagai fans Nurna, tapi tetap saja, karya-karya film yang dibintangi Nurna tidak diizinkan untuk tayang.

Seiring berjalannya waktu, nama Nurnaningsih pun tenggelam. Ia seperti hilang begitu saja dalam industri perfilman. Selama itu, Nurna mulai mengisi kesibukannya dengan berkeliling Indonesia. Ia mengisi aktivitasnya sebagai seniman sketsa, penyanyi, guru bahasa, dan hingga penjahit.

Sosok Nurna kembali tenar ke publik usai Soeharto berkuasa. Pemerintahannya yang lebih condong ke barat, jadi ajang bagi Nurna untuk kembali eksis di dunia hiburan. Tercatat, selama Soeharto menjabat, Nurna kembalu mendapatkan berbagai tawaran main film, seperti film berjudul Jakarta Hongkong Macau, Bernafas dalam Lumpur, Nafsu Gila, Remang-Remang Jakarta, dan Malam Satu Suro.

Sayangnya, pada 21 Maret 2004, sosok Marilyn Monroe Indonesia, itu meninggal dunia di usianya yang ke-76 tahun. Meski telah tiada, sosoknya masih sering dibahas, dan dikenang sebagai bintang yang tenar di atas segala kontroversinya. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: