CHICAGO | Priangan.com – Pada awal abad ke-20, dunia penerbangan masih sangat terbatas. Di Amerika, pengiriman surat lewat udara dianggap hal yang sangat berani.
Salah satu kisah terkenal datang dari James Hill, seorang pilot pengantar pos. Dalam satu penerbangan dari Cleveland ke New Brunswick, ia menggunakan cara tak biasa untuk memperkirakan waktu tempuh, yaitu dengan bergantung pada cerutu.
Hill tahu bahwa satu cerutu habis dalam waktu tertentu. Ia menggunakan ini sebagai patokan. Setelah menghabiskan tiga cerutu dan sebagian yang keempat, ia menembus awan dan melihat Hadley Field, tujuan akhirnya.
Cerita ini menggambarkan bagaimana penerbangan saat itu penuh improvisasi dan risiko. Peralatan seadanya, cuaca tak menentu, dan semangat nekat menjadi ciri khas masa awal layanan pos udara Amerika.
Dean Smith, salah satu pilot saat itu, menyebut kelompok mereka sebagai ‘klub bunuh diri’. Ia berkata, “Hanya orang yang benar-benar ingin terbang yang akan bergabung”.
Meskipun berbahaya, program ini menjadi fondasi jaringan penerbangan nasional. Dari sinilah industri penerbangan komersial bermula.
Ide pos udara sendiri bukan berasal dari Kantor Pos, melainkan dari Komite Penasihat Nasional untuk Aeronautika (NACA). Kepala Kantor Pos saat itu, Albert S. Burleson, setuju dan menunjuk asistennya, Otto Praeger, untuk memimpin proyek.
Tujuan NACA adalah mendorong kemajuan infrastruktur dan teknologi penerbangan. Apa yang dikembangkan untuk pos udara diharapkan bisa dimanfaatkan oleh sektor swasta.
Namun, pelaksanaan awalnya tak mudah. Awalnya, layanan dikelola oleh Angkatan Darat. Tak lama kemudian, Kantor Pos mengambil alih. Mereka membeli perlengkapan sendiri dan mempekerjakan pilot sipil.
Sebagian besar peralatan dan pilot merupakan sisa dari militer. Praeger sangat menekankan disiplin dan ketepatan waktu. Ia bahkan mengabaikan kondisi cuaca dan keselamatan.
Aturan utama Praeger: “Pilot tidak akan melakukan aksi apa pun dengan pesawat pos”. Sikap keras ini menimbulkan ketegangan.
Pada 18 November 1918, dua pilot menolak terbang dalam kabut tebal setelah sebelumnya terjadi kecelakaan fatal. Mereka dipecat, tapi kemudian dipekerjakan kembali saat James Edgerton menjadi pengawas.
Ketegangan memuncak pada 22 Juli 1919. Terjadi pemogokan massal setelah dua minggu penuh kecelakaan, 15 insiden dan dua kematian. Para pilot menolak terbang dari lapangan berkabut.
Tekanan dari media membuat pemerintah berubah sikap. Kini, keputusan terbang diambil oleh petugas lapangan, bukan dari Washington.
Kebijakan ini menyelamatkan banyak nyawa. Dari sekitar 200 pilot pos udara, 35 tewas. Dua puluh di antaranya meninggal sebelum tahun 1920.
Setelah pemogokan, layanan berkembang pesat. Pada September 1920, rute pos lintas benua dibuka. Karena penerbangan malam masih berisiko, surat dikirim dengan kereta api saat gelap.
Namun, rutinitas siang hari terasa membosankan. Beberapa pilot mencoba hal ekstrem untuk mengusir jenuh. Misalnya, E. Hamilton Lee yang pernah tersangkut kabel telegraf saat terbang rendah di atas sungai.
Pilot lain, RC “Tex” Marshall, sempat diserang banteng saat berhenti merokok di ladang. Ia mencoba melempar batu dari udara, tapi malah mengenai si petani.
Di wilayah barat, kondisi lebih ekstrem. Oktober 1920, James Murray terjebak badai salju di Pegunungan Rocky. Ia mendarat darurat dan berjalan 14 mil ke desa terdekat.
Meski menantang, layanan ini masih kalah cepat dari kereta. Agar efisien, harus ada penerbangan malam.
Pada Februari 1921, dilakukan uji coba penerbangan nonstop siang-malam. Tanpa sistem navigasi modern, hasilnya mengecewakan. Dua penerbangan gagal karena cuaca, satu berakhir dengan kecelakaan.
Hanya Jack Knight yang berhasil. Ia terbang di malam hari melewati badai dari Nebraska ke Chicago. Aksinya menyelamatkan reputasi layanan ini.
Namun, Otto Praeger dicopot dan digantikan Paul Henderson. Militer lalu membangun sistem suar navigasi. Tahun 1922, sistem ini diserahkan ke Kantor Pos.
Pada 1923, pendanaan untuk sistem suar disetujui penuh. Dua tahun kemudian, rute dari Wyoming ke Cleveland sudah dilengkapi penunjuk arah.
Suar dipasang di menara setinggi 51 kaki dengan panah beton yang menunjukkan arah ke suar berikutnya. Beberapa panah itu masih bisa ditemukan hingga kini.
Tahun 1925, layanan pos udara makin andal. Rute makin lengkap, landasan lebih baik, dan pesawat semakin modern.
Kongres mengizinkan Kantor Pos bekerja sama dengan perusahaan swasta. Tahun 1926, seluruh sistem diserahkan ke Departemen Perdagangan.
Namun, dunia penerbangan tak lepas dari skandal. Kasus korupsi Pos Udara 1930–1934 menghancurkan bisnis milik William Boeing.
Akhirnya, lahirlah perusahaan baru seperti United Airlines, United Technologies, dan Boeing yang kita kenal sekarang.
Meskipun dulu dianggap spekulatif, gagasan NACA terbukti berhasil. Dalam tujuh tahun, AS memiliki jaringan lalu lintas udara dan pasar penerbangan yang kompetitif.
Semua dimulai dari keberanian pilot-pilot awal yang hanya berbekal insting dan semangat menyampaikan surat tepat waktu. (LSA)