Menjejak Sejarah Jembatan Bailey, Dari Medan Perang Hingga Jalur Pemulihan Bencana

JAKARTA | Priangan.com – Penggunaan Jembatan Bailey di berbagai lokasi bencana membuat konstruksi ini akrab di telinga masyarakat Indonesia. Wujudnya yang sederhana dan proses pemasangannya yang cepat menjadikan jembatan ini pilihan ketika akses harus segera dipulihkan. Di balik fungsinya yang kini identik dengan penanganan darurat, jembatan tersebut memiliki riwayat panjang sejak masa Perang Dunia II.

Gagasan awal jembatan ini muncul dari kebutuhan militer Inggris untuk memperoleh konstruksi yang mudah dibawa sekaligus mampu menanggung beban berat. Pada 1941, model jembatan yang kelak dikenal sebagai Bailey mulai dibuat dan diuji. Tahun yang sama menjadi awal produksi dalam jumlah besar karena kebutuhan perang semakin mendesak.

Rancangannya berasal dari pemikiran Sir Donald Coleman Bailey, seorang pegawai Kantor Perang Inggris yang gemar membuat model jembatan. Pada 1936, ia pertama kali mencoba menawarkan konsepnya, namun belum mendapat persetujuan. Upaya kedua berlangsung pada 1940 dan akhirnya pemerintah Inggris meminta prototipe skala penuh pada Februari 1941. Dalam beberapa bulan, rancangan itu diselesaikan dan siap diuji.

Seorang peneliti konstruksi mengatakan, “Desain Bailey menunjukkan bahwa kebutuhan perang mendorong lahirnya inovasi yang aplikatif hingga masa kini.”

Setelah diuji secara intensif di fasilitas penelitian di Christchurch, struktur ini dinilai cukup kuat dan fleksibel untuk kebutuhan militer. Produksi massal mulai berjalan pada Juli 1941 dengan melibatkan ratusan perusahaan. Tahun berikutnya, Korps Insinyur Kerajaan menggunakan jembatan ini di Afrika Utara untuk membantu pergerakan pasukan sekutu.

Kemunculannya di medan perang memberi keuntungan strategis. Jembatan Bailey dapat dirakit cepat, dipindahkan dengan mudah, dan mampu menahan kendaraan berat. Kondisi ini membuat pasukan sekutu dapat melintasi sungai maupun jurang meski jembatan permanen sudah dihancurkan.

Lihat Juga :  Pertempuran Ain Jalut, Titik Balik Kekalahan Mongol

Konstruksi Bailey merupakan rangka baja pra-fabrikasi yang dirakit dari panel-panel standar. Panel tersebut memiliki ukuran relatif tetap sehingga mudah disusun sesuai kebutuhan. Proses penyambungan mengandalkan pin dan baut, memungkinkan perakitan dilakukan tanpa alat berat. Hal inilah yang membuat jembatan Bailey sangat praktis diterapkan di lokasi terpencil.

Lihat Juga :  Geng Kapak Merah, Kelompok Kriminal yang Pernah Menghantui Jakarta di Era 2000-an  

Ciri modularnya menjadi alasan mengapa jembatan ini tetap relevan hingga sekarang. Panel baja yang berukuran kecil memudahkan pengangkutan menggunakan truk. Selain itu, tim teknis bisa menyusun bentang jembatan sesuai panjang yang dibutuhkan di lapangan.

Di Indonesia, jembatan ini berperan penting dalam pemulihan wilayah terdampak bencana. Kementerian PUPR kerap menggunakannya untuk membuka kembali akses ketika jembatan permanen rusak. Kecepatan pemasangan menjadi faktor utama, terutama di daerah yang terekspos isolasi setelah bencana besar.

Sejak bencana tsunami di Aceh dan Nias pada 2004, Jembatan Bailey dipasang di banyak titik untuk memperlancar pengiriman bantuan. Pemasangannya juga terlihat pada penanganan lumpur panas di Sidoarjo pada 2006 hingga kerusakan Jembatan Waiburak II di Flores Timur. Keberadaan jembatan ini membantu menjaga mobilitas warga dan logistik ketika pembangunan jembatan permanen masih dalam proses. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos