Mengungkap Kisah Willy Hitler: Keponakan Hitler yang Membelot dari Kekuasaan Nazi

JERMAN | Priangan.com – Adolf Hitler, sang diktator yang terkenal dengan kekejamannya dan ideologi nasionalisme-sosialisme (Nazi), dikenal memiliki pengaruh besar terhadap banyak orang, termasuk keluarga dekatnya. Namun, ada satu anggota keluarga yang justru memilih jalur berbeda dan menentang keras ideologi sang paman, dia adalah William Patrick “Willy” Hitler, keponakan dari Der Führer, yang menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan fasis Jerman.

William Patrick Hitler lahir pada 12 Maret 1911 di Liverpool, Inggris. Ia adalah putra dari Alois Hitler Jr., adik tiri Adolf Hitler, yang menikahi Bridget Dowling, seorang wanita Irlandia. Setelah orangtuanya bercerai pada 1918, Willy dibesarkan di Jerman, tempat ia kemudian berkenalan dengan ideologi Nazi yang diperkenalkan oleh pamannya.

Pada usia 18 tahun, tepatnya pada 1929, Willy pertama kali mengenal pemikiran Nazi yang mulai berkembang, dan pada 1930 ia bertemu dengan Adolf Hitler secara langsung. Saat itu, Hitler memberikan Willy sebuah foto bertanda tangan sebagai kenang-kenangan. Tidak lama setelah pamannya diangkat menjadi Kanselir Jerman pada 1933, Willy memanfaatkan posisinya untuk bekerja di sebuah bank di Berlin, kemudian pindah ke pabrik otomotif Opel.

Namun, hubungan Willy dengan pamannya tidak berjalan mulus. Meskipun memiliki akses ke dunia kekuasaan di bawah bayang-bayang Hitler, Willy merasa tidak diperlakukan dengan baik. Salah satunya adalah larangan Hitler untuk mengirim uang kepada ibunya yang tinggal di Inggris. Larangan tersebut membuat Willy marah, hingga akhirnya ia merasa terpaksa mengancam sang paman.

Dikenal sebagai orang yang keras kepala dan tidak takut melawan, Willy bahkan sempat menuntut untuk diberi pekerjaan di posisi tinggi, ancaman yang ia ajukan jika Hitler tidak ingin rahasia keluarganya terbongkar—bahwa ia merupakan keturunan seorang pedagang Yahudi, Leopold Frankenberger. Walaupun demikian, meskipun ancaman tersebut terdengar mengguncang, Hitler tidak terpengaruh dan bahkan menyebut keponakannya sebagai “yang paling memuakkan.”

Lihat Juga :  Seppuku dan Bayang-Bayang Gelap di Balik Kemegahan Samurai

Jelang Perang Dunia II, tepatnya pada 1938, Willy memutuskan untuk meninggalkan Jerman dan kembali ke Inggris. Ia sempat menerbitkan artikel yang mengungkapkan kebenciannya terhadap pamannya, berjudul Why I Hate My Uncle (“Mengapa Saya Membenci Paman Saya”). Setahun kemudian, Willy dan ibunya berangkat ke Amerika Serikat, meskipun mereka tidak dapat kembali ke Inggris karena pecahnya Perang Dunia II.

Pada 1942, setelah Inggris menyatakan perang terhadap Jerman, Willy berusaha bergabung dengan Angkatan Laut Inggris. Namun, permohonannya ditolak. Tak menyerah, Willy menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt (FDR), memohon agar ia diizinkan bergabung dengan US Navy untuk melawan tirani Nazi. Dalam surat tersebut, ia menulis, “Semua kerabat dan teman-teman saya akan segera bertempur demi kebebasan dan kepatutan di bawah bendera Stars and Stripes. Dengan hormat, saya mengirim petisi ini kepada Anda agar diizinkan bergabung dengan mereka dalam perjuangan melawan tirani penindasan.”

Lihat Juga :  Panjandrum: Proyek Militer Absurd yang Gagal Total

Surat itu kemudian diterima, dan setelah melalui pemeriksaan oleh FBI yang menyatakan bahwa Willy tidak memiliki catatan kriminal, FDR memberi izin untuk bergabung dengan US Navy pada 1944.

Willy menjalani kariernya di US Navy sebagai petugas medis selama Perang Dunia II. Sayangnya, ia mengalami cedera yang mengharuskannya mengakhiri karier militernya lebih cepat, meskipun ia dianugerahi medali Purple Heart atas pengabdiannya. Setelah keluar dari militer, Willy mengubah namanya menjadi William Patrick Stuart-Houston dan menikahi Phyllis Jean-Jacques, serta menetap di Long Island, Amerika Serikat.

Berbeda dengan pamannya yang tidak memiliki keturunan setelah bunuh diri pada akhir Perang Dunia II, Willy memiliki keluarga dan keturunan. Ia dikaruniai empat anak, yakni Alexander Adolf Stuart-Houston, Louis Stuart-Houston, Howard Ronald Stuart-Houston, dan Brian William Stuart-Houston.

Lihat Juga :  Martha Christina Tiahahu: Sang Pejuang Wanita dari Tanah Maluku

William Patrick Hitler menghabiskan sisa hidupnya jauh dari perhatian publik. Ia meninggal pada 14 Juli 1987, jauh dari bayang-bayang kebesaran pamannya. Meskipun hidupnya tidak seberdampak kehidupan pamannya, Willy memilih jalan yang bertolak belakang—berjuang untuk kebebasan dan menentang kekejaman rezim Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler.

Kisah Willy Hitler adalah kisah tentang pilihan moral dan keberanian dalam menghadapi keluarga yang terjerat dalam kekuasaan totaliter. Sebagai keponakan dari tokoh paling mengerikan dalam sejarah modern, Willy menunjukkan bahwa tidak semua anggota keluarga mendukung atau sepakat dengan ideologi yang dianut oleh orang terdekat mereka. Dalam banyak hal, kehidupan Willy mencerminkan keberanian untuk memilih jalan yang benar, meskipun itu berarti harus memutuskan hubungan dengan keluarga dan menghadapi tantangan besar. (mth)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos