Melati van Java, Wanita yang Melawan Lewat Sastra

JAKARTA | Priangan.com – Di masa ketika status sosial ditentukan oleh warna kulit dan garis keturunan, perempuan berdarah campuran Hindia-Eropa hidup dalam persimpangan identitas yang rumit. Mereka tidak sepenuhnya diterima sebagai Eropa, namun juga tidak dianggap setara oleh masyarakat pribumi. Sementara itu, perempuan pribumi bahkan lebih jauh terpinggirkan, sering kali direduksi hanya sebagai pelayan, gundik, atau alat pemuas bagi lelaki kolonial yang memegang kuasa.

Dalam tatanan kolonial yang timpang itulah, lahir seorang perempuan yang kelak mengubah cara orang memandang kaum wanita Hindia. Ia tidak mengangkat senjata, tidak memimpin pasukan, tetapi pengaruhnya menyebar lewat lembaran-lembaran cerita yang ia tulis. Dari balik pena, ia menghidupkan karakter-karakter perempuan yang cerdas, berani, dan penuh daya hidup. Dialah Marie Sloot, nama yang mungkin asing bagi banyak orang hari ini, tetapi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ia dikenal luas sebagai Melati van Java.

Ia adalah sosok yang melampaui sekat-sekat zamannya. Meski penampilannya tak mencolok dan berasal dari kelompok minoritas Katolik yang tidak memiliki banyak ruang di Belanda, Melati memiliki kekuatan luar biasa, ia mampu menulis dengan tajam dan menyentuh. Masa kecilnya yang dihabiskan di Hindia, lalu pindah ke Belanda, dan kehilangan orang-orang terdekat seperti ibu dan neneknya, membentuk kedewasaan batinnya dan mengasah sensitivitasnya dalam menggambarkan nasib perempuan.

Pada usia 21 tahun, ia menerbitkan karya pertamanya, ‘De jonkvrouwe van Groenerode’ (1874), yang menandai kelahiran sosok Melati sebagai penulis. Berkat kemampuannya dalam mengangkat cerita dan nuansa Hindia yang khas, penerbit G. Kolff menambahkan embel-embel “van Java” pada nama penanya, sebuah penegasan identitas akan asal-usul dan kekayaan latar budaya yang ia bawa.

Lihat Juga :  Revolusi Mouse Komputer: Inovasi Kecil yang Membentuk Dunia Digital

Selama lebih dari empat dekade, dari 1874 hingga 1917, tak kurang dari 48 karya ia hasilkan. Salah satu yang paling menonjol dan membuat namanya harum di Hindia maupun Belanda adalah novel Fernand (1878).

Dalam Fernand, Melati menghadirkan sosok-sosok perempuan Hindia yang jauh dari stereotip masa itu. Mereka digambarkan sebagai perempuan cerdas, tangguh, dan mandiri. Di antara tokoh-tokoh tersebut, Theodore van Vaerne tampil paling mencolok. Ia adalah seorang wanita dari Hindia yang berani memutus pertunangan karena merasa jenuh terhadap pasangannya.

Theodore bahkan melakukan perjalanan keliling Jawa dengan menyamar sebagai laki-laki, sebuah hal yang nyaris tak terbayangkan pada masa itu. Dalam satu penggambaran, Melati menulis bahwa menurut para lelaki Theodore itu cantik, tetapi bagi perempuan lain, ia terlalu berani untuk bisa disebut cantik. Matanya menyiratkan keberanian dan ketegasan.

Lihat Juga :  Merah di Bibir, Tangguh di Luar. Inilah Perjalanan Ikonik Lipstik Merah

Ia bahkan digambarkan sanggup berjalan ke kampung yang tengah dilanda wabah kolera, sebuah tindakan yang ekstrem, tetapi memperlihatkan keberanian dan tekadnya. Sosok Theodore melawan gambaran pasif perempuan Hindia yang selama ini terperangkap dalam bayang-bayang kolonialisme dan patriarki. Ia menjadi simbol perlawanan atas konstruksi sosial yang mengekang perempuan.

Tidak berhenti sampai di sana, Melati van Java juga menulis karya monumental berjudul ‘Van Slaaf Tot Vorst’ (1887), yang kemudian diterjemahkan menjadi ‘Dari Boedak Sampai Djadi Radja’ oleh FH Wiggers pada 1898. Roman ini menyajikan kisah dengan gaya romantis-historis, membawa pembaca menjelajahi suasana Jawa kuno dan memperkenalkan tokoh sejarah penting, yakni Untung Surapati.

Melati mampu menangkap denyut budaya Jawa lewat kisah yang dibangunnya, memadukan cerita rakyat dengan daya imajinasi dan pengetahuan sejarah yang luas. Melalui karya ini, ia tak hanya memberi hiburan, tetapi juga menawarkan jendela ke masa lalu yang penuh warna dan ketegangan.

Lihat Juga :  Sungai Merah, Kota yang Berdarah: Pembantaian 10.000 Warga Tionghoa Tahun 1740

Melati van Java merupakan salah satu perempuan pertama dari Hindia yang berhasil menjadi anggota Maatschappij der Nederlandse Letterkunde, sebuah perkumpulan sastrawan paling bergengsi di Belanda pada tahun 1893. Ini adalah pencapaian luar biasa, mengingat latar belakang sosial dan etnisnya. Keanggotaan itu menjadi bukti bahwa karyanya bukan hanya dibaca, tetapi juga diakui secara intelektual oleh komunitas sastra Eropa.

Di tengah atmosfer sosial yang menindas, Melati menggunakan sastra sebagai senjata. Ia membuka ruang imajinatif bagi perempuan Hindia untuk menjadi lebih dari sekadar bayang-bayang dalam sejarah kolonial. Ia memperkenalkan perempuan yang berani memilih jalan hidupnya sendiri, yang mampu berpikir kritis, dan yang tidak gentar menantang norma-norma yang timpang. Karya-karyanya bukan hanya cermin dari zamannya, melainkan juga warisan penting yang menunjukkan bahwa dari tanah jajahan pun, suara perlawanan bisa tumbuh dan menggema hingga jauh ke negeri seberang. (LSA)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos