Lise Meitner, Fisikawan Yahudi yang Kerap Terdiskriminasi

BERLIN | Priangan.com – Dalam sejarah ilmu pengetahuan, ada banyak ilmuwan brilian yang kontribusinya terlupakan hanya karena alasan gender dan etnis belaka. Salah satu contoh nyatanya adalah Lise Meitner, seorang fisikawan Yahudi yang berperan penting dalam penemuan fisi nuklir. Meski hasil penelitiannya punya dampak besar, karier Meitner sarat dengan tantangan dan ketidakadilan akibat diskriminasi terhadap perempuan dan kaum Yahudi di masa itu.

Lise Meitner lahir di Wina, Austria, pada 1878. Sejak muda, ia sudah menunjukkan bakat besar di bidang sains. Buktinya, Meitner meraih gelar doktor dari Universitas Vienna pada 1905 atau tepat di usianya yang ke-27 tahun.

Setelah meraih gelar tersebut, ia kemudian meniti kariernya di Berlin, bekerja sebagai ahli kimia di Kaiser Wilhelm Institute for Chemistry bersama salah satu rekannya, Otto Hahn.

Selama bekerja di sana, Meitner kerap menghadapi berbagai kendala, terutama yang berkaitan dengan urusan gender. Karena masalah ini, Meitner bahkan dilarang bekerja di laboratorium utama dan harus mendirikan laboratorium sederhana di ruang yang serba terbatas.

Kendati begitu, Meitner tetap menunjukkan dedikasi serta kemampuannya. Hingga pada 1917, ia dan Hahn diangkat sebagai pemimpin di institut tersebut dan memimpin Departemen Fisika. Setahun kemudian, mereka berhasil menemukan unsur baru, protactinium, hal ini semakin mengokohkan namanya di kalangan para ilmuwan.

Tepat pada 1934, Meitner memulai penelitiannya mengenai dampak pembombardiran neutron terhadap uranium dengan harapan menghasilkan atom-atom lebih berat. Namun, hasil eksperimen menunjukkan reaksi yang sebaliknya.

Sayang, di tengah proses ini, Meitner harus dicopot dari posisinya karena statusnya sebagai seorang Yahudi. Ia pun terpaksa melarikan diri dari ke Swedia. Di negara inilah, Meitner akhirnya menemukan pemahaman kalau nukleus uranium akan menjadi tidak stabil dan pecah menjadi dua bagian besar ketika ditangkap. Hal ini adalah sebuah proses yang dikenal sebagai fisi nuklir.

Lihat Juga :  Bukan Sekadar Hiburan, Ini Film yang Mengubah Cara Dunia Memandang Perempuan

Pasca penelitian itu, tepat pada 1939, Meitner kemudian menerbitkan makalah penting yang menguraikan konsep fisi nuklir dan memprediksi potensi energi besar yang dapat dihasilkan dari proses ini.

Lihat Juga :  Dewi Dja, Sang Seniman yang Mengangkat Suara Indonesia di Panggung Dunia

Meski telah berkontribusi besar dalam Sains, nama Meitner tak kunjung disorot. Latar belakang gender dan etnis seolah jadi tembok besar bagi ketenarannya. Pada tahun 1944, misalnya, sosok yang mendapatkan nobel hadiah hanyalah Otto Hahn. Sementara Metiner, tidak mendapatkan pengakuan serupa. Hal ini semakin menegaskan bias yang seringkali dihadapi oleh para ilmuwan perempuan, terutama yang berasal dari latar belakang minoritas.

Pada tahun 1960, Metiner memutuskan untuk pensiun. Ia dikabarkan meninggal dunia pada tanggal 27 Oktober 1992. Pasca kematiannya, barulah ia dikenang. Sosoknya kemudian diabadikan dalam patung yang dipajang di antara patung-patung fisikawan besar di Deutsche Museum, Munich, Jerman. Bahkan, unsur nomor 109 diberi nama meitnerium (Mt) sebagai bentuk penghormatan lain bagi sosok Meitner. (Ersuwa)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos