LONDON | Priangan.com – Pada tanggal 20 November 1974, pantai Miami menjadi saksi hilangnya seorang anggota parlemen Inggris, John Stonehouse. Pakaian yang tertinggal di tepi pantai seolah menjadi bukti bahwa ia telah tenggelam dan lenyap selamanya. Publik berspekulasi, beberapa menduga ia terseret ombak, sementara yang lain bahkan mencurigai adanya konspirasi. Namun, satu hal yang pasti, pria yang diduga telah meninggal itu ditemukan sebulan kemudian dalam keadaan hidup di Australia, mengungkap kisah yang lebih aneh dari fiksi.
Stonehouse, seorang politisi Partai Buruh yang pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Pos Inggris, dulunya digadang-gadang sebagai calon perdana menteri. Namun, kehidupannya mulai berantakan ketika ia dituduh menjadi mata-mata bagi Cekoslowakia komunis. Meskipun Perdana Menteri Harold Wilson mempercayainya, tuduhan itu tetap merusak reputasinya.
Ditambah dengan bisnisnya yang bermasalah, keuangan yang terancam bangkrut, serta perselingkuhan dengan sekretarisnya, ia pun mengambil keputusan ekstrem, yaitu menghilang dan memulai hidup baru.
Terinspirasi dari novel “The Day of the Jackal” karya Frederick Forsyth, Stonehouse mencuri identitas dua orang yang telah meninggal, Joseph Arthur Markham dan Donald Clive Mildoon. Dengan identitas palsu ini, ia membuka rekening bank di Inggris, Swiss, dan Melbourne, mentransfer sejumlah besar uang dari bisnisnya, lalu terbang ke Amerika Serikat sebelum akhirnya menetap di Australia.
Rencananya berjalan mulus, hingga sebuah kebetulan tak terduga menggagalkannya.
Pada saat yang sama, Inggris dikejutkan oleh hilangnya Lord Lucan, seorang bangsawan yang dicurigai membunuh pengasuh anaknya. Pihak berwenang Australia yang sedang mencari Lucan justru menemukan seorang pria Inggris dengan identitas yang mencurigakan, menandatangani cek palsu di Melbourne. Polisi mencurigainya dan segera menghubungi pihak Inggris.
Pada Malam Natal 1974, Stonehouse ditangkap dan akhirnya mengakui identitas aslinya dalam sebuah panggilan telepon yang direkam. Kepada istrinya di Inggris, ia berkata, “Aku telah menipu kamu. Aku minta maaf, tetapi dalam arti tertentu aku senang semuanya sudah berakhir.”
Setelah tertangkap, Stonehouse mencoba membela diri dengan alasan mengalami gangguan kepribadian akibat tekanan berat. Ia bahkan menyatakan bahwa kepergiannya adalah “perjalanan pencarian fakta, bukan hanya dalam hal geografi, tetapi juga dalam hal jati diri seorang politikus.” Namun, argumen ini tidak menyelamatkannya dari konsekuensi hukum.
Setelah upaya tinggal di Australia selama tujuh bulan, ia akhirnya dideportasi ke Inggris dan diadili atas tuduhan penipuan dan penggelapan. Persidangan yang berlangsung selama 68 hari berakhir dengan vonis tujuh tahun penjara.
Meskipun kisah hilangnya Stonehouse terungkap sebagai upaya pelarian dari kehancuran, tuduhan spionase yang menghantuinya tetap menjadi perdebatan. Sejarawan Cambridge, Prof. Christopher Andrew, yang telah meneliti arsip MI5, menyimpulkan bahwa Stonehouse memang memberikan informasi kepada dinas intelijen Cekoslowakia, meskipun dianggap tidak terlalu berguna.
Fakta ini baru terungkap pada pertengahan 1990-an ketika dokumen rahasia Cekoslowakia dipublikasikan.
John Stonehouse menjadi salah satu figur paling kontroversial dalam sejarah politik Inggris. Dari seorang anggota parlemen yang dihormati hingga penjahat yang mencoba memalsukan kematiannya, kisahnya tetap dikenang sebagai salah satu cerita nyata yang lebih aneh dari fiksi. (LSA)