Kapal Theodor Herzl dan Awal Perubahan Besar di Palestina

TEL AVIV | Priangan.com – Kedatangan para pengungsi Yahudi ke Palestina pada 1947 menjadi salah satu titik penting yang mengubah arah sejarah bangsa Palestina. Pergerakan tersebut berlangsung di tengah masa transisi politik internasional setelah Perang Dunia II, ketika banyak penyintas Holocaust mencari tempat aman untuk memulai hidup baru. Gerakan Zionis yang lahir pada akhir abad ke-19 di Eropa menjadi landasan utama arus migrasi ini. Gagasan tentang rumah nasional bagi bangsa Yahudi pertama kali dirumuskan oleh Theodor Herzl setelah ia menyimpulkan bahwa penganiayaan terhadap komunitas Yahudi di berbagai negara Eropa tidak akan berhenti. Melalui Kongres Zionis Pertama di Basel pada 1897, konsep tentang pendirian wilayah nasional Yahudi di Palestina disusun dan kemudian menjadi agenda politik gerakan Zionis.

Situasi di Palestina pada awal abad ke-20 berada di bawah pemerintahan Mandat Inggris setelah jatuhnya Kekaisaran Utsmaniyah. Deklarasi Balfour pada 1917 yang dikeluarkan pemerintah Inggris memberi dukungan atas pembentukan rumah nasional Yahudi di wilayah itu. Kebijakan tersebut menimbulkan respons berbeda dari penduduk Arab Palestina karena khawatir akan berubahnya komposisi penduduk dan struktur yang telah ada sebelumnya. Pada masa inilah arus migrasi Yahudi berlangsung dan berkembang melalui pembelian tanah serta pembangunan permukiman baru.

Pada 1947, salah satu peristiwa yang tercatat adalah kedatangan kapal Theodor Herzl, bagian dari gelombang Aliyah Bet atau imigrasi yang tidak diizinkan oleh pemerintah Inggris. Migran yang menumpang kapal itu mencoba masuk ke Palestina dengan memanfaatkan jalur laut yang diawasi ketat oleh Angkatan Laut Inggris. Perjalanan tersebut menjadi cermin dari kondisi pengungsi Yahudi pasca-perang yang tidak memiliki banyak pilihan selain mencari tempat tinggal baru yang dianggap lebih aman. Kapal itu dicegat sebelum mencapai daratan dan penumpangnya ditempatkan dalam kamp pengungsi di wilayah yang dikontrol Inggris.

Lihat Juga :  Ki Wasyid dan Api Perlawanan Banten yang Membakar Cilegon 1888

Pergerakan migran pada tahun itu terjadi bersamaan dengan perubahan besar di tingkat internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan rencana pembagian Palestina pada 31 Agustus 1947. Rencana tersebut menetapkan pembentukan dua negara, Arab dan Yahudi, di wilayah yang selama berabad-abad dihuni mayoritas penduduk Arab Palestina. Usulan itu disambut oleh komunitas Yahudi yang melihatnya sebagai langkah legal menuju pendirian negara baru. Banyak penduduk Arab Palestina menolak rencana itu karena menilai pembagian wilayah tidak mencerminkan hak mereka sebagai penduduk asli.

Lihat Juga :  Pemberontakan Warsawa, Ketika Ratusan Ribu Warga Polandia Diberangus NAZI

Ketegangan yang meningkat sepanjang 1947 berlanjut pada tahun berikutnya ketika Mandat Inggris berakhir. Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion menyatakan berdirinya negara Israel di Tel Aviv. Beberapa jam setelah deklarasi tersebut, pecah perang antara pasukan Israel dan negara-negara Arab di sekitarnya. Konflik itu memicu perpindahan besar-besaran warga Palestina dari desa dan kota yang terdampak operasi militer. Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai Nakba atau bencana oleh masyarakat Palestina karena banyak dari mereka yang kehilangan rumah dan tidak dapat kembali. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos