MADINAH | Priangan.com – Madinah, kota suci kedua dalam islam, menyimpan banyak tempat bersejarah. Wilayah yang terletak sekitar 453 kilometer dari Mekkah itu menjadi pusat peradaban islam pada zaman Rasulullah S.A.W. Berbagai peristiwa penting pernah terjadi di sana. Tak ayal kalau saat ini ada banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang tersisa di Kota ini.
Salah satunya adalah Masjid Nabawi. Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah S.A.W setelah beliau hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 masehi ini, lokasinya berada di tepian Kota Madinah. Jauh dari kata megah seperti sekarang, potret Masjid Nabawi pada zaman Rasulullah S.A.W sangatlah sederhana.
Masjid itu hanya dibangun di atas tanah seluas 50×50 meter. Bahkan, pondasinya pun kala itu belum permanen. Setiap sisi tembok masjid hanya dilapisi campuran bata merah dan tanah liat. Sementara bagian tiang dan atap masjid, terbuat dari daun serta batang pohon kurma.
Di sisi lain, Masjid Nabawi juga pada saat itu sama sekali tidak mempunyai penerangan. Acap kali waktu salat tiba, Rasulullah S.A.W beserta para sahabat menunaikan ibadah dengan penerangan seadanya. Saat waktu salat isya datang, misalnya, para sahabat selalu membakar jerami di sekitar halaman masjid untuk memberikan sedikit penerangan.
Seiring berjalannya waktu, masjid itu pun mulai mengalami perubahan. Di era kepemimpinan Umar Bin Khattab, misalnya. Masjid Nabawi sedikit demi sedikit direnovasi. Bagian sisi tembok masjid yang kala itu tidak permanen, mulai diubah jadi bangunan permanen.
Kemudian pada tahun 4 Hijriyah, Masjid Nabawi juga mengalami renovasi ulang. Kala itu, Rasulullah S.A.W memutuskan untuk memperluas majis tersebut. Masing-masing sisi, diperluas sebanyak 20 hasta. Kebijakan itu diambil lantaran jumlah umat islam semakin banyak.
Wujud kemegahan Masjid Nabawi mulai terlihat pada era pemerintahan Sultan Abdul Majid yang memerintah pada tahun 1265 Hijriyah. Pada saat itu, dinding dan tiang-tiang Masjid Nabawi kian dipercantik dengan sentuhan berupa ukiran dan kaligradi. Tercatat, renovasi di bawah kepemimpinan Sultan Abdul Majid ini menjadi renovasi yang paling lama, yakni membutuhkan waktu selama 12 tahun.
Seiring dengan perkembangan zaman, masjid itu pun kembali mendapat sejumlah renovasi, hingga pada masa kepemimpinan Raja Fahd Abdul Aziz, Masjid Nabawi diperluas menjadi 165.000 m2. Tak hanya itu, di bawah kepemimpinannya juga jumlah menara masjid diperbanyak. Semula hanya ada 4, ditambah menjadi 10. Pun dengan jumlah pintu masjid, jumlahnya menjadi 95 pintu dan mampu menampung sebanyak 535.000 jamaah dan berdiri megah sampai sekarang ini.
Di zaman modern seperti saat ini, masjid tersebut tak pernah sepi dikunjungi oleh umat islam dari berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau musim haji dan umrah tiba. Tak sedikit dari para jemaah yang menyempatkan diri untuk beribadah di masjid ini.
Bukan tanpa alasan, itu karena beribadah di Masjid Nabawi memiliki keutamaan yang lebih apabila dibandingkan dengan ibadah di masjid-masjid lainnya. Beribadah di Masjid Nabawi, mempunyai pahala yang berlipat-lipat. Seperti yang disebutkan dalam H.R Bukhari No. 1190 dan Muslim No. 1394 dari Abu Hurairah. Rasulullah S.A.W pernah bersabda:
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom.”
Maka dari itu, tak ayal jika sampai saat ini, berbagai umat muslim di seluruh penjuru dunia yang tengah melaksanakan ibadah haji dan umrah, kerap menyempatkan diri untuk menunaikan salat di Masjid Nabawi. Bahkan, lantaran semakin banyaknya umat muslim yang berdatangan setiap hari, pihak otoritas setempat terus melakukan perluasan masjid tersebut. (wrd)