Kisah Bandara Pertama di Balikpapan yang Dulu Gemilang, Kini Hilang

BALIKPAPAN | Priangan.com – Pembangunan bandara di Balikpapan dimulai pada awal 1930-an, beriringan dengan upaya pemerintah Hindia Belanda untuk memperkuat koneksi udara antara Hindia Belanda dan Filipina, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat.

Sebagai kota yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak, Balikpapan memerlukan infrastruktur transportasi yang lebih efisien untuk mendukung aktivitas industri yang terus berkembang. Industri minyak yang semakin pesat, membutuhkan sarana transportasi cepat dan aman untuk mendistribusikan hasil bumi ke luar daerah.

Pada 1935, rencana pembangunan bandara di Balikpapan pun diumumkan. Bandar Udara Manggar, yang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota, dipilih sebagai lokasi strategis untuk bandara ini.

Namun, pembangunan bandara tidak berjalan mulus. Lahan yang dipilih untuk landasan harus dibersihkan terlebih dahulu dari rerumputan lebat dan cuaca yang tidak mendukung sering kali menunda proses konstruksi. Meskipun demikian, rencana awal tetap berlanjut, dan pada Desember 1935, bandara ini mulai dibuka untuk penggunaan penerbangan komersial.

Pada 1936, Bandara Manggar akhirnya diresmikan dan mulai menjadi tempat pendaratan pesawat-pesawat komersial yang menghubungkan Balikpapan dengan berbagai kota besar di Indonesia. Bahkan pada 1937, bandara ini juga digunakan oleh pesawat-pesawat militer yang dimiliki oleh Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM), maskapai penerbangan yang beroperasi di bawah pemerintahan kolonial Belanda.

Bandara Manggar pun menjadi semakin penting, bukan hanya untuk kepentingan transportasi orang, tetapi juga untuk distribusi barang, khususnya minyak yang menjadi andalan ekonomi kota.

Namun, perkembangan bandara ini tidak terlepas dari dinamika sejarah besar yang terjadi di kawasan ini. Pada 1942, saat Jepang mulai memasuki wilayah Hindia Belanda dalam rangka Perang Dunia II, Balikpapan menjadi salah satu kota yang pertama kali diduduki.

Lihat Juga :  Tolak Tawaran AS, Trump Tuding Zelensky Menghambat Kesepakatan Damai

Jepang menguasai Balikpapan pada Januari 1942 dan segera membangun bandara baru di Sepinggan untuk mendukung operasi militer mereka. Sehingga, pada saat itu Balikpapan memiliki dua bandara, Bandara Manggar yang dikelola oleh Belanda dan Bandara Sepinggan yang dibangun oleh Jepang. Keberadaan dua bandara ini mencerminkan pentingnya Balikpapan sebagai pusat strategis, baik untuk kepentingan sipil maupun militer.

Setelah Indonesia merdeka, Bandara Sepinggan menjadi fokus utama pengembangan transportasi udara Balikpapan. Lokasinya yang lebih dekat dengan pusat kota membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat.

Lihat Juga :  Alasan Pembangunan Jembatan Cirahong

Bandara Manggar pun mulai ditinggalkan dan akhirnya tidak lagi digunakan untuk penerbangan komersial. Lahan bekas Bandara Manggar kemudian dialihkan untuk keperluan militer, menjadi bagian dari Rindam Mulawarman, sebuah markas besar militer yang berlokasi di Balikpapan.

Di sisi lain, seiring berjalannya waktu, Bandara Sepinggan berkembang pesat dan mengalami beberapa kali peremajaan untuk mengakomodasi peningkatan jumlah penumpang dan pesawat yang melayani rute domestik maupun internasional.

Pada 2004, bandara ini diubah namanya menjadi Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, sebagai penghormatan kepada raja Kutai Kartanegara yang memberikan izin bagi eksplorasi minyak di kawasan Balikpapan.

Dengan pertumbuhan pesat yang terjadi selama beberapa dekade, Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman kini menjadi salah satu bandara tersibuk di Kalimantan. Fasilitasnya terus diperbarui dan bandara ini tidak hanya melayani penerbangan komersial, tetapi juga mendukung industri minyak dan gas yang masih menjadi sektor dominan di Balikpapan.

Meskipun Bandara Manggar telah menghilang dari peta Balikpapan, cerita tentangnya tetap hidup dalam setiap sudut kota ini, mengingatkan kita akan masa lalu yang penuh perubahan dan perjuangan. Di balik modernisasi dan perkembangan, tidak bisa dilupakan bahwa Bandara Manggar pernah menjadi saksi bisu bagi mimpi besar yang kini telah tergantikan, namun takkan pernah benar-benar hilang dari ingatan. (LSA)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos