Historia

Ir. Sutami, Menteri Bersahaja yang Tinggalkan Banyak Warisan

Sosok Ir. Sutami semasa hidup | Istimewa

JAKARTA | Priangan.com – Ir. Sutami adalah Menteri Pekerjaan Umum yang menjabat di dua rezim, di bawah Presiden Soekarno dan Soeharto. Sosoknya dikenang sebagai menteri yang paling bersahaja. Di balik jabatan menterengnya yang telah diemban selama 14 tahun, kehidupan Sutami senantiasa sederhana. Ia sampai-sampai dijuluki sebagai menteri termiskin sepanjang sejarah berdirinya negara ini.

Lahir di Surakarta pada 19 Oktober 1928, Sutami tumbuh sebagai anak muda yang cerdas dan berbakat. Pasca lulus dari SMAN 1 Surakarta, ia melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat dimana dirinya meraih gelar insinyur.

Setelah lulus, kecintaannya pada dunia konstruksi membawa Sutami ke dalam lingkup pemerintahan hingga akhirnya diangkat sebagai Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi. Keahliannya dalam bidang pekerjaan umum menjadikannya sebagai salah satu tokoh kunci dalam mengawasi proyek-proyek besar yang mencakup sejumlah pembangunan infrastruktur penting di Indonesia.

Jauh dari persepsi sebagai seorang menteri, kehidupan Sutami justru sangatlah sederhana. Bahkan, ia cenderung hidup dalam kesulitan finansial. Dikisahkan, pernah ada satu waktu di mana listrik di rumahnya terpaksa dicabut oleh pemerintah lantaran tak mampu membayar tagihan.

Pun dengan kondisi rumahnya. Begitu jauh apabila dibandingkan dengan rumah-rumah menteri di era saat ini. Dahulu, Sutami hanya tinggal di sebuah rumah kecil nan sederhana. Rumah itu dibelinya dengan cara dicicil dan baru lunas menjelang masa pensiunnya.

Jika musim hujan tiba, tak jarang Sutami dan keluarganya dibuat kelimpungan mencarikan wadah untuk menadahi air hujan yang bocor dari atap dalam rumahnya.

Tak hanya itu, kesederhanaan Sutami juga ditunjukan tatkala ia jatuh sakit. Pada saat itu, kondisinya sangat lemah. Ia harus dibawa ke rumah sakit. Alih-alih bersedia, Sutami malah enggan karena khawatir tak sanggup membayar tagihan. Sampai ketika presiden Soeharto turun tangan, Sutami akhirnya bersedia dirawat di rumah sakit.

Tonton Juga :  Sejarah Perang Bubat, Pertempuran Berdarah yang Mengubah Takdir Nusantara

Kondisi keuangan Sutami yang serba pas-pasan itu bukanlah hasil dari kelalaian, melainkan karena ia selalu memegang prinsip yang menolak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Pada saat ia pensiun sebagai menteri pada tahun 1978, msalnya, Sutami buru-buru mengembalikan seluruh fasilitas yang diberikan oleh negara.

Tak hanya dikenal sebagai sosok yang bersahaja, Sutami juga merupakan salah satu menteri yang berprestasi. Selama menjabat sebagai menteri, ada banyak warisan infrastruktur yang pernah dibuatnya, seperti jembatan Semanggi Jakarta, Jembatan Ampera di Palembang, Bandara Ngurah Rai Balu, serta renovasi Gedung DPR/MPR-RI dengan kubah hijau yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Ir. Sutami tercatat meninggal dunia pada 13 November 1980 tepat diumur 52 tahun. Ia diduga menderita penyakit lever  karena terlalu sibuk bekerja tanpa memikirkan kesehatannya sendiri. Lalu pada tanggal 16 Desember 1981, Presiden Soeharto kemudian mengaugerahkan penghargaan kepada Sutami. Penghargaan itu diberikan dalam bentuk penamaan terhadap bendungan di Karangkates sebagai bendungan Sutami. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: