TOKYO | Priangan.com – Sebagian besar orang pasti sudah kenal dengan benda yang satu ini. Benda ini selalu jadi jurus jitu untuk mengusir nyamuk di rumah. Ya, ini adalah obat nyamuk bakar. Meski kini penggunaannya sudah mulai jarang lantaran tergantikan oleh elektrik, namun tak sedikit orang yang masih mengandalkan obat nyamuk bakar ini karena dinilai lebih ampuh.’
Lantas, seperti apa sejarahnya? Obat nyamuk bakar, pertama kali ditemukan oleh seorang petani jeruk asal Jepang sekitar tahun 1890-an. Pria itu bernama Ueyama Eiichiro.
Kisah tentang pembuatan obat nyamuk dimulai saat Ueyama hendak memanfaatkan kulit jeruk hasil panen di kebunnya. Kala itu, ia berinisiatif untuk mengeringkan kulit jeruk yang sudah tak terpakai.
Setelah kering, kulit jeruk itu kemudian dihaluskan menjadi serbuk. Ueyama berniat menjadikan limbah itu sebagai bahan pembuatan dupa. Siapa sangka, ternyata dupa buatannya itu juga punya sifat anti nyamuk. Kandungan limonene dalam kulit jeruk yang bisa membuat nyamuk keracunan jadi alasannya.
Dari sanalah, Ueyama kemudian mulai mengembangkan temuannya itu. Seiring berjalannya waktu, ia kemudian ditemukan oleh salah seorang pengusaha bibit tumbuhan asal Amerika Serikat. Dari sosok itu, Ueyama mendapatkan bibit bunga tanacetum cinerariifolium yang lebih ampuh untuk digunakan mengusir serangga.
Dalam penggunaan tanaman ini, Ueyama hanya menggunakan bagian kepala bunganya saja. Prosesnya sama seperti kulit jeruk. Mula-mula kepala bunga itu ia keringkan lalu ditumbuk halus menjadi serbuk sebelum akhirnya dicetak sebagai obat nyamuk bakar.
Jika sejarah lebih ditarik lagi ke belakang, sebetulnya obat nyamuk sudah terlebih dahulu ditemukan oleh bangsa Persia sejak 400 tahun Sebelum Masehi. Namun, kala itu obat nyamuk tersebut hanya berbentuk serbuk dan harus dibakar dengan tungku untuk menggunakannya, sehingga dinilai tak praktis.
Sedangakn obat nyamuk temuan Ueyama, sudah berbentuk padat layaknya dupa. Orang-orang tinggal membakarnya saja dengan mancis lalu obat nyamuk tersebut akan mulai bekerja.
Mulanya, bentuk obat nyamuk yang dikembangkan oleh Ueyama berbentuk memanjang seperti dupa. Namun, karena dinilai kurang efektif baik dalam urusan penjualan maupun penempatannya, Ueyama kemudian memikirkan bentuk lain yang lebih efektif. Singkat cerita, ditemukanlah bentuk obat nyamuk spiral seperti yang dikenal sekarang ini.
Sejak ditemukan oleh Ueyama, tak sedikit orang yang mulai mengembangkan produk serupa, hingga terciptalah berbagai produk obat nyamuk yang dapat dengan mudah ditemukan di pasaran. (ersuwa)