Hitler Pernah Gagal Menundukkan Inggris Lewat Udara

BRITANIA RAYA | Priangan.com – Rabu, 10 Juli 1940, suara raungan pesawat membelah langit Inggris. Di atas ladang-ladang tenang dan kota-kota yang belum sepenuhnya pulih dari luka Perang Dunia I itu, muncul babak baru yang akan menentukan arah sejarah dunia. Pada hari itu, Jerman Nazi melancarkan serangan udara besar-besaran. Langit pun menjadi arena duel sengit antara kekuatan udara Nazi yang berambisi menaklukkan Eropa dan semangat juang dari para pilot Inggris dan sekutunya. Inilah awal dari Pertempuran Britania.

Setelah Paris jatuh dan Prancis menyerah, Hitler segera mengerahkan kekuatannya ke seberang Selat Inggris. Kala itu, Operasi Sea Lion, rencana invasi ke daratan Britania, hanya bisa berhasil jika Jerman terlebih dahulu menguasai langit. Maka dari itu, lewat Hermann Göring, pemimpin Luftwaffe, Hitler berjanji akan memusnahkan kekuatan udara Inggris dalam hitungan minggu. Ia yakin, jika langit dikuasai, maka tanah pun akan jatuh tanpa perlawanan berarti.

Namun kenyataan di medan pertempuran jauh panggang dari api. Meskipun Luftwaffe memiliki jumlah pesawat lebih besar dan pengalaman tempur yang luas, mereka menghadapi musuh yang lebih keras dari apa yang dibayangkan. Selama pertempuran, Angkatan Udara Kerajaan Inggris, RAF, memang kehilangan banyak pesawat dan pilot dalam pertahanan Prancis, tetapi di tanah sendiri, mereka bertempur dengan tekad yang tak bisa dihancurkan oleh bom mana pun.

Musim panas itu, pesawat-pesawat tempur seperti Supermarine Spitfire dan Hawker Hurricane menjadi tulang punggung pertahanan Inggris. Meski kalah dalam urusan jumlah, pesawat-pesawat ini mampu menyamai bahkan mengungguli kecepatan dan kelincahan pesawat tempur Jerman seperti Messerschmitt Bf 109. Pertempuran demi pertempuran pun terjadi di atas desa, ladang, dan kota-kota, dari Cornwall hingga Kent, dari fajar hingga senja.

Lihat Juga :  Jejak Rel di Tanah Kolonial: Awal Mula Kereta Api di Jawa

Göring memulai serangan besar-besaran pada 13 Agustus. Serangan itu dinamai sebagai “Hari Elang”. Selama dua hari penuh, langit Inggris dipenuhi oleh sedikitnya 1.800 pesawat Jerman yang menyerang lapangan udara, radar, dan instalasi pertahanan. Namun cuaca yang buruk dan perlawanan gigih dari RAF membuat serangan itu tidak membawa hasil yang diharapkan. Dalam satu hari, Jerman kehilangan lebih dari dua kali lipat pesawat dibandingkan RAF.

Lihat Juga :  Auschwitz: Sejarah Gelap Nazi dan Jejak Teror Kematian dalam Kegelapan Holocaust

Ketika strategi awal gagal, Luftwaffe beralih menyerang kota-kota dengan tujuan menggoyahkan semangat rakyat sipil. Malam demi malam, bom dijatuhkan ke London dan kota-kota industri. Rumah-rumah hancur, api membakar jalan-jalan, dan anak-anak menangis di tempat perlindungan bawah tanah. Namun, alih-alih menyerah, rakyat Inggris justru semakin bersatu. Keputusan untuk menargetkan warga sipil malah memberi RAF ruang bernapas dan kesempatan untuk menyerang balik.

Di sisi lain, Luftwaffe mengalami kesulitan logistik dan kelelahan pilot yang semakin parah. Tanpa pesawat pengebom berat, mereka tidak mampu memberi pukulan mematikan yang dijanjikan Göring. Bom-bom ringan yang digunakan juga kerap meleset dari sasaran. Sementara itu, skuadron RAF membalasnya dengan serangan ke pelabuhan-pelabuhan Jerman dan armada tongkang yang disiapkan untuk invasi.

Puncak pertempuran terjadi pada 15 September, saat ratusan pesawat Jerman dikirim untuk melumpuhkan Inggris sekali dan untuk selamanya. Alih-alih hancur, RAF bangkit dengan kekuatan penuh. Mereka berhasil menjatuhkan puluhan pesawat musuh dalam satu hari. Serangan itu gagal total. Hitler pun akhirnya memutuskan untuk menunda invasi Inggris pada 17 September. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos