Historia

Ganasnya PKI di Sumatera Utara

Prasasti Tugu Sudjono di Bandar Betsy | Net

SUMATRA UTARA | Priangan.com – Brutalitas PKI tak hanya terjadi pada Gerakan 30 September. Jauh sebelum itu, ada sejumlah kekejaman yang pernah mereka tunjukkan ke publik, mulai dari tragedi Gorang Gareng, hingga tragedi Bandar Betsy yang menggetarkan wilayah Sumatera Utara.

Tragedi Bandar Betsy terjadi pada 14 Mei 1965 di sebuah perkebunan karet milik negara di Simalungun, Sumatera Utara. Pada hari naas itu, seorang anggota TNI berpangkat Pembantu Letnan Satu, Letda Sudjono, menjadi korban kebrutalan ratusan anggota PKI yang tergabung dalam Barisan Tani Indonesia (BTI), salah satu organisasi sayap partai.

Peristiwa ini bermula dari ambisi PKI dan sayap-sayap organisasinya yang beruyapa merebut lahan-lahan milik negara untuk ditanami berbagai jenis tanaman, termasuk perkebunan karet di Bandar Betsy.

Letda Sudjono, yang bertugas menjaga lahan perkebunan tersebut, di hari nahas itu datang bersama beberapa anak buahnya untuk memeriksa situasi setelah mendapat kabar adanya pendudukan ilegal. Ketika mereka tiba, mereka menemukan anggota BTI yang sedang melakukan aktivitas penanaman di tanah perkebunan. Letda Sudjono pun kemudian memerintahkan agar penanaman tersebut dihentikan. Namun, perintahnya itu justru membuat para anggota BTI marah.

Satu dari mereka kemudian tiba-tiba merampas helm Letda Sudjono. Merasa tidak terima, Letda Sudjono pun melawan. Namun, lantaran kalah jumlah, ia akhirnya tersungkur ke tanah setelah beberapa pukulan mendarat di wajahnya.

Sayangnya, alih-alih berhenti, meski Letda Sudjono sudah tak mampu lagi melawan, para anggta BTI itu masih terus menghujani tubuhnya dengann pukulan. Sesekali, ujung cangkul yang tajam menghujam keras di tubuhnya.

Tak berdaya menahan semua sarangan ratusan anggota BTI itu, ia pun akhirnya harus meregang nyawa. Tewas menggenaskan. Sementara itu, tiga anak buahnya berhasil melarikan diri dari serangan massa.

Tonton Juga :  Dewi Dja, Sang Seniman yang Mengangkat Suara Indonesia di Panggung Dunia

Insiden tragis ini kemudian menarik perhatian Jenderal Ahmad Yani yang saat itu tengah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Mendengar kabar ini ia marah besar. Sang jenderal meradang dan memerintahkan agar para pelaku diusut serta diadili secepat mungkin. Menurutnya, jika insiden itu dibiarkan, maka Indonesia akan terjebak dalam situasi yang penuh anarki.

Tiga bulan setelah tragedi Bandar Betsy, PKI kemudian melancarkan aksi yang lebih besar, yakni Gerakan 30 September (G30S/PKI). Di sinilah Jenderal Ahmad Yani justru ikut menjadi korban. Ia masuk sebagai salah satu target karena diisukan sebagai bagian dari Dewan Jenderal. Jasadnya ditemukan di dalam sebuah lubang di Kawasan Lubang Buaya, Jakarta, pada 4 Oktober 1965.

Sebagai bentuk penghormatan negara, selain Jenderal Ahmad Yani, jenderal lain yang jadi korban G30S/PKI,  Letda Sudjono juga diabadikan dalam sebuah monumen. Letak monumen itu ada di kebun karet Bandar Betsy, tempat dimana dirinya meregang nyawa secara menggenaskan. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: