MAKKAH | Priangan.com – Pada tahun 8 Hijriyah, tepatnya di bulan Ramadan, terjadi sebuah peristiwa monumental dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai Fathu Makkah atau Pembebasan Makkah. Peristiwa ini tidak hanya menjadi titik balik bagi umat Islam, namun juga menandai berakhirnya dominasi kaum Quraisy yang selama bertahun-tahun menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Fathu Makkah adalah contoh nyata dari kemenangan diplomasi, strategi, dan spiritualitas yang dijalankan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.
Latar belakang Fathu Makkah sendiri bermula dari dilanggafrnya perjanjian Hudaibiyah yang dilakukan oleh suku Quraisy. Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tahun 6 Hijriyah itu seharusnya menjadi landasan perdamaian antara kaum Muslimin di Madinah dan kaum Quraisy di Makkah. Namun, suku Quraisy melanggar kesepakatan dengan membantu sekutu mereka, Bani Bakr, untuk menyerang Bani Khuza’ah yang merupakan sekutu umat Islam. Hal ini tentu saja membuat Nabi Muhammad SAW harus mengambil tindakan tegas.
Kala itu, Rasul SAW yang dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, tak langsung mengambil langkah keras. Beliau terlebih dahulu mengirim utusan kepada kaum Quraisy untuk meminta penjelasan dan meminta mereka memenuhi kewajiban perjanjian. Sayangnya, kaum Quraisy menolak permintaan tersebut dan bahkan mengancam utusan Nabi.
Melihat situasi ini, Nabi Muhammad SAW kemudian memutuskan untuk mempersiapkan pasukan besar yang terdiri dari 10.000 orang untuk bergerak menuju Makkah. Langkah ini bukan hanya sebagai bentuk pertahanan, tapi sebagai upaya untuk mengembalikan keadilan dan melindungi sekutu umat Islam.
Ketika pasukan Muslim bergerak menuju Makkah, Nabi Muhammad SAW memberikan instruksi ketat kepada para sahabat untuk tidak memulai pertempuran kecuali dalam keadaan terpaksa. Beliau ingin memastikan bahwa pembebasan Makkah dilakukan dengan cara yang damai dan tanpa pertumpahan darah. Sikap ini tentu mencerminkan nilai-nilai Islam yang mengedepankan kasih sayang dan perdamaian, bahkan dalam situasi yang memungkinkan untuk balas dendam.
Saat pasukan Muslim mendekati Makkah, kaum Quraisy mulai menyadari betapa besar kekuatan yang dimiliki oleh umat Islam. Abu Sufyan, salah satu pemimpin Quraisy, keluar dari Makkah untuk meminta perlindungan dan mengamati situasi. Setelah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, Abu Sufyan menyadari bahwa tidak ada jalan lain bagi kaum Quraisy kecuali menerima kekuasaan Islam. Nabi Muhammad SAW memberikan jaminan keamanan kepada siapa saja yang masuk ke rumah Abu Sufyan, memasuki Masjidil Haram, atau tetap tinggal di rumah mereka dengan tenang.
Pada tanggal 10 Ramadan 8 Hijriyah, pasukan Muslim memasuki Makkah tanpa perlawanan berarti. Nabi Muhammad SAW memimpin langsung prosesi ini dengan penuh ketenangan dan keagungan. Beliau menunggang untanya, Qaswa, dan memasuki kota kelahirannya dengan kepala tertunduk sebagai bentuk kerendahan hati di hadapan Allah SWT. Ini adalah momen yang penuh makna, karena Makkah yang sebelumnya menjadi pusat penentangan terhadap Islam, akhirnya dibebaskan dan kembali menjadi kota suci yang damai.
Salah satu tindakan pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW setelah memasuki Makah adalah membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang sebelumnya jadi simbol kemusyrikan. Beliau menghancurkan patung-patung tersebut satu per satu sambil membaca ayat Al-Qur’an,
Setelah membersihkan Ka’bah, Nabi Muhammad SAW lantas mengumpulkan penduduk Makkah dan menyampaikan pidatonya dengan penuh kasih sayang. Beliau memaafkan semua orang yang sebelumnya memusuhi Islam, termasuk mereka yang pernah menyakiti beliau dan para sahabat. Sikap pemaaf ini menjadi contoh nyata dari ajaran Islam yang mengedepankan rekonsiliasi dan persaudaraan. Banyak penduduk Makkah yang kemudian memeluk Islam setelah menyaksikan kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW ini.
Dampak Fathu Makkah terhadap perkembangan Islam tentu sangatlah besar. Dengan dibebaskannya Makkah, Islam semakin tersebar luas di Jazirah Arab. Ka’bah kembali menjadi pusat ibadah umat Islam dan haji menjadi salah satu rukun Islam yang dijalankan oleh jutaan umat setiap tahunnya. Peristiwa ini juga menegaskan posisi Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin yang amat dihormati. (Ersuwa)